Pria itu mengembuskan napasnya panjang, menatap ke arah dua wanita yang masih menangis terisak-isak di tengah malam yang semakin terasa mencekam. “Sayang ….” Bisiknya lirih merangkul bahu sang istri, namun sekali lagi hanya penolakan yang dia dapatkan disertai dengan pukulan di d**a. Galen memejamkan mata, dan kini beralih ke arah mamanya yang masih menangis sambil menutup wajah. “Tidak seharusnya Mama mengatakan hal itu pada Bang Rayyan.” Ucap Galen begitu tegas, membuat Mama Ivanka langsung mendongak. Baru juga Mama Ivanka akan menjawab, suara Galen menyela lebih dulu. “Itu sama saja Mama menabur garam di luka yang masih basah. Kita tau sendiri bagaimana Bang Rayyan selama enam bulan ini. Apa tadi Mama bisa melihat bagaimana kehancuran di wajah Bang Rayyan saat Mama mengucapkan