Mereka kembali duduk berhadapan, namun kini dengan keadaan wajah Arsa yang sudah babak belur. “Aku akan menjadi umpan.” Bisik Arsa di tengah keheningan yang mencekam. Mereka bahkan bisa mendengar napas masing-masing yang saling memburu. Arsa lalu membuka kancing kemejanya, dan Rayyan maupun Devin langsung mengernyitkan keningnya dengan wajah bingung. “Kamu … mau apa, Arsa?” Ivanka mewakili tanya. Sedangkan Arsa hanya menyungging senyum kecil. Dia lalu menurunkan kemejanya, membalikkan badannya dan menunjukkan bekas sayatan kecil di punggung atas, tepatnya di bawah tulang belikat kiri. Lalu dia kembali membalikkan badannya. “Aku menanam tiga alat pelacak di tubuhku. Satu yang kalian lihat tadi, dan satu di bagian belakang lengan atas.” Rayyan melepaskan sebelah kemejanya untuk