Ruangan itu terasa sunyi seperti hari-hari kemarin, hanya ada suara mesin dengan bunyi mekanis yang berulang dan teratur, namun terdengar mengerikan bagi siapa saja yang mendengarkan. Langkah Rayyan terasa berat, seberat hatinya yang melihat sang kekasih masih bertarung dengan segala obat dan alat medis untuk bisa kembali ke dunia. Rayya masih terbaring di sana, sama seperti hari pertama, tidak ada satu pun yang berubah. Yang berubah adalah hati Rayyan yang rasanya semakin sekarat setiap harinya. Jantungnya berdetak. Otaknya masih hidup. Namun tubuh dan jiwanya tertahan di batas antara hidup dan mati, di dunia yang tak bisa disentuh siapa pun. Dan bagi Rayyan, itu lebih berat daripada kematian. “Jika dalam 72 jam pertama tidak ada perbaikan refleks otak, atau minimal respons… maka ke