Ekspresi pria itu menggelap dengan tatapan penuh dendam begitu turun dari helikopter. Bau tanah basah karena terguyur hujan menyapa indra penciumannya. Anak buahnya yang berjaga di sekitar gudang kosong itu langsung mengangguk dengan tatapan hormat pada atasan mereka. Dua pria yang berjaga di depan pintu langsung membuka pintu itu dengan hati-hati dan mengangguk patuh sambil mempersilahkan bosnya masuk, lalu kembali menutup pintunya tanpa mau mengusik apa yang sedang terjadi di dalam. Bram dan Ardan yang duduk di sisi brankar di mana Ayden juga sudah sadar dari pingsannya langsung terkesiap dan berdiri menyambut bos mereka. “Pak …” Rayyan hanya mengangguk, langkahnya mantap dengan tatapan siap membunuh pada Ayden yang masih tidak berdaya di brankar usang itu. Begitu tiba di s