Bab 115 | Siap Tidak Siap

1926 Kata

Pagi itu hujan rintik-rintik di luar masih setia membasahi bumi, menguarkan aroma tanah basah yang khas, langit terlihat mendung cenderung gelap, persis seperti bagaimana mendungnya hati Rayyan melihat Rayya yang masih terbaring pucat di ranjang rumah sakit untuk memperjuangkan sebuah kehidupan yang masih bergantung sepenuhnya pada tubuh ringkih sang istri. “Abang …” Bisik Rayya begitu lemah. Rayyan langsung membungkuk dan mendekatkan wajahnya ke arah sang istri supaya bisa mendengar dengan jelas apa yang ingin disampaikan Rayya. Sejak pagi buta Rayya sudah terjaga, sambil terus memeluk perutnya. Wajahnya semakin memucat, nafasnya juga menjadi pendek-pendek dan sesekali tersengal. Rayyan setia duduk di sisi ranjang dan terus berusaha memberikan kenyamanan untuk sang istri meski pun

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN