Rayya terbaring lemah di meja operasi, tubuhnya mulai mati rasa setelah anestesi spinal disuntikkan. Wajahnya pucat, napasnya dibantu lewat selang oksigen di hidung, namun tetap saja terasa pendek dan gelisah. Tatapannya sayu dengan bola mata yang bergerak gelisah mencari seseorang. Suaminya. Hingga saat dia melihat eksitensi sang suami di ruang operasi itu, tangannya terulur lemah dengan tatapan yang terlihat lebih tenang. Di sana, pemilik hati sekaligus pusat hidupnya terlihat berhenti sejenak di depan pintu ruang operasi sebelum berjalan mendekatinya. Rayyan menarik napasnya panjang begitu memasuki ruang operasi. Langkahnya mantap meski jantungnya berdegup cepat. Dia menatap pada satu titik dengan hati yang semakin pias melihat istrinya terbaring lemah di sana, Rayya telah men