“Ada yang bisa saya bantu, Pak? Apakah ada yang kurang nyaman?” Seorang pramugari mendekatinya sambil menekuk lutut dan berjongkok di depan Rayyan yang sudah rebah di posisinya. “Tidak ada. Kamu boleh pergi, saya akan memanggil jika membutuhkan sesuatu.” Ucap Rayyan dengan isyarat tangan, pramugari itu mengangguk sambil mengulum senyum. Tatapannya penuh kekaguman pada Rayyan, bahkan dengan sengaja mendekati Rayyan di saat pria itu tidak meminta apa pun. Rayyan memilih menyalakan lampu baca di atas kursinya, membaca buku untuk mengalihkan pikirannya yang terus berisik memikirkan Rayya, bahkan setelah dia bisa dekat dengan wanita itu, hati dan pikirannya tetap terus tertuju pada Rayya. Alih-alih membaca buku yang sudah terbuka, tatapan Rayyan justru menerawang jauh dan kembali larut