Rayya merintih di depan meja rias sambil menggigit kuat bibirnya dengan air mata yang terus jatuh membasahi pipi. Hatinya terus berdenyut sakit memikirkan pria yang mencintainya dengan begitu besar. Cinta Rayyan untuknya terlampau besar, sangat besar -yang Rayya sendiri bahkan kelabakan menerima segala bentuk cinta pria itu. Dua bulan mereka melakukan perjalanan bisnis di wilayah Asia Timur, nyatanya yang terjadi bukan hanya sekedar bisnis untuk kepentingan pria itu. Setiap minggu, Rayyan pasti sudah membuat rencana kencan mereka, mengajak Rayya ke tempat-tempat terindah dan iconic di kota tempat mereka tinggal. Pria itu mengatur semuanya, dan Rayya hanya tinggal duduk manis menerima curahan kebahagiaan berbalut cinta yang diusahakan oleh pria itu. Bahkan saat weekday, Rayyan a