Bab 97 | Garis Merah

2413 Kata

“Tuan ….. Nyonya …. “ Ketukan pintu dan panggilan yang terdengar sopan namun sedikit lantang itu mengusik Rayyan dari lelapnya. “Tuan … Apakah sudah bangun? Ini sudah jam setengah tujuh …” Lagi. Suara Bi Isti terdengar semakin nyaring. Rayyan mengerjap pelan, lengannya terasa berat, dan tubuhnya didekap erat, membuat ruang geraknya menjadi terbatas. Bibirnya refleks menyungging senyum melihat bagaimana Rayya tidur berbantalkan lengannya dengan tubuh yang mendekapnya erat seperti bayi koala. Suara Bi Isti tidak lagi terdengar, mungkin menyerah karena tidak ada sahutan, pun Rayyan memilih tidak menyahut karena takut suaranya justru membangunkan Rayya yang terlihat masih sangat lelap. Rayyan mengecup kening sang istri, dalam hati sedikit kebingungan sebenarnya, tumben sekali Ray

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN