Setelah mereka mengubah tujuan untuk kembali ke bandara, keheningan kembali menyelimuti suasana di dalam mobil yang masih terasa menegangkan. Devin terlihat sibuk, lebih tepatnya menyibukkan diri dengan tabletnya, padahal hatinya memang sibuk berasumsi tentang tingkah atasannya yang sangat tidak biasa itu. Hingga dering ponsel milik Rayyan memecah keheningan di antara mereka. Rayyan langsung mengangkat panggilan dari Valen, ada helaan napas yang terdengar panjang sebelum pria itu mengangkatnya. -Kak Rayyan di mana?- Valen bertanya dengan to the point di ujung sana, ada isak tangis serta napas yang terdengar tersengal-sengal. Rayyan yang mendengar itu langsung menggigit lidahnya dengan hati yang terasa mencelos, dalam hati mengumpat dirinya sendiri. Kenapa dia merasa konyol de