Rayyan berlari menyusul brankar yang membawa Rayya menuju ke ruang operasi. Wajahnya kembali pias melihat keadaan Rayya di atas brankar dengan wajah yang nyaris tak dikenali lagi. Bengkak, memar, dan penuh luka. Di dadanya, belati sudah dilepas di helikopter tadi, tapi menyisakan lubang yang dalam. Nafasnya dibantu alat pernapasan, tapi tetap tidak stabil. Matanya telah tertutup sempurna, tanda jika tubuhnya benar-benar menyerah. Dan Rayyan berhenti di sana, di depan ruang operasi saat pintu itu ditutup sempurna. Tim bedah trauma sudah menunggu. Mereka tak banyak bicara. Hanya isyarat. Hanya tindakan. Hanya waktu yang berdetak makin kencang. “Pasien wanita, dua puluh delapan tahun, luka tusuk d**a kiri, hemotoraks, syok hipovolemik, tembakan paha kiri, fraktur tulang rusuk dengan