Bab 47 | Sebelum Berpisah

1419 Kata

-Ra, Abang sampai apart mungkin empat puluh menit lagi, ya. Kamu mau dibawakan apa? Masih demam tidak, sayang?- Rayya menangis membaca pesan itu. Dia memeluk ponselnya dan meringkuk di sofa dengan rintihan yang kembali mencekik hatinya. -Rayya udah sehat, Abang. Kita movie date abis ini, yuk, Abang. Rayya siapin kentang goreng sama popcorn-nya, ya?- -Okay, siap, sayang.- “Abang … Rayya harus gimana?” Bisiknya pilu dengan tubuh yang semakin meringkuk, tangannya memeluk tubuhnya sendiri dengan air mata yang berlomba-lomba semakin banyak jatuh membasahi wajahnya. Sempat terbesit di kepalnya untuk menceritakan semuanya pada Rayyan, yang sejujur-jujurnya dari awal. Namun, rasanya tidak mungkin. Hidupnya terlalu mengerikan, sulit dinalar oleh akal, meskipun kenyataannya dia mengalami

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN