Rayyan baru saja duduk sambil menunggu client-nya datang memulai meeting mereka dengan client, namun ponselnya yang berdenting membuatnya menahan napas. Kenapa semenjak ada Rayya dia tidak pernah merasakan barang sedetik pun? Padahal mereka bertemu belum ada dua puluh empat jam! Catat! Belum ada dua puluh empat jam! Masih hangat di ingatan dan bahkan terasa di bibirnya bagaimana wanita itu menciumnya, lalu mengekor ke apartemen hingga akhirnya benar-benar mengikutinya sampai ke Macau. Takdir pun seolah berkonspirasi untuk terus membuatnya membutuhkan wanita itu tanpa ada pilihan yang lain. Astaga! Saat memikirkannya saja Rayyan mulai pening! "Pak, jangan terlalu dipikirkan kelakuan si Rayya. Dia memang seperti itu, untuk bisa membuat Pak Rayyan lebih rileks menghadapinya, ya, mengab