Hening.
Tak ada yang membuka suara di dalam mobil yang kini membelah jalanan kota Jakarta di siang hari ini. Mikaila yang menatap ke luar jendela. Conradinez yang menatap ke arah Mikaila, ragu ingin memegang tangan Mikaila seperti biasa atau tidak.
Sementara sang supir yang merasa tak nyaman dengan keadaan tersebut. Padahal biasanya, Mikaila dan Conradinez akan berdebat di sepanjang perjalanan mereka. Tapi kali ini atmosfer di dalam mobil tersebut sangat berbeda.
Hingga mereka tiba di sebuah restoran & cafe untuk makan siang, di mana Conradinez telah me-reservasi sebuah meja. Conradinez dan Mikaila lantas masuk ke dalam masih dengan bibir yang sama-sama terkatup rapat.
Setelah sampai duduk di kursi masing-masing pun tak ada yang memulai percakapan. Conradinez sibuk dengan pikirannya sendiri, begitu pula dengan Mikaila. Hingga beberapa saat kemudian, Conradinez mulai membuka mulutnya.
“Mik” Panggil Conradinez yang membuyarkan lamunan Mikaila. “Aku minta maaf” Ucapnya seraya menunduk.
“Aku sungguh tidak melakukan apa yang kau pikirkan. Aku tidak berselingkuh dengan wanita itu” Sambung Conradinez.
“Lalu siapa wanita itu? Kalian terlihat sangat dekat. Tertawa, bergandengan tangan, kamu bahkan merangkul pundaknya” Tanya Mikaila.
“Pertama, kami tertawa karena memang ada yang lucu. Kedua, kami tidak bergandengan tangan, tapi dia yang menggandeng tanganku karena itu memang kebiasaannya saat jalan dengan seseorang. Ketiga, aku merangkulnya karena saat itu dia memang sedang membutuhkan bahu untuk bersandar” Jelas Conradinez.
“Membutuhkan bahu untuk bersandar? Hah!” Gumam Mikaila. “Lalu kenapa harus kamu? Memangnya dia tidak punya teman lain?” Tanyanya.
“Ya. Dia memang tidak memiliki teman lain selain aku” Jawab Conradinez. “Mik, dia itu...”
“Mikaila” Panggilan itu memotong ucapan Conradinez dan mengalihkan perhatian keduanya.
“Pak Dimas” Ucap Mikaila yang terkejut melihat keberadaan Dimas di sana. Entah ini adalah sebuah berkah atau apa, yang jelas Mikaila merasa bersyukur pria itu tiba-tiba muncul di sana.
“Dimas saja, kita ‘kan sedang tidak di kantor” Koreksi Dimas yang hanya dibalas senyuman oleh Mikaila. “Kalau tahu kamu makan siang di sini juga, lebih baik kita berangkat bersama tadi” Lanjutnya tanpa memerhatikan raut wajah Conradinez yang seperti siap memenggal kepala pria itu.
“Oh ya, apa dia temanmu?” Tanya Dimas.
“Ya” Jawab Mikaila mendahului Conradinez yang kini semakin kesal mendengar jawaban Mikaila.
“Dimas Hengkara” Ucap Dimas memperkenalkan dirinya pada Conradinez yang hanya menatap tangan Dimas yang terulur padanya tanpa berniat untuk membalasnya. Sementara Dimas yang merasa diabaikan pun menarik tangannya kembali.
“Dia Conradinez, temanku sejak sekolah dulu” Ujar Mikaila yang merasa tak enak dengan tindakan kekanakan Conradinez dan dibalas anggukan oleh Dimas.
“Kalau begitu, boleh aku bergabung dengan kalian?” Tanya Dimas.
“Tentu” Jawab Mikaila yang lagi-lagi mendahului Conradinez. Setelah mendengar persetujuan dari Mikaila, Dimas lantas segera duduk di samping Mikaila yang membuat darah Conradinez mendidih.
“Dia bekerja di perusahaan kita juga?” Tanya Dimas.
“Tidak” Jawab Mikaila yang kembali dibalas anggukan oleh Dimas.
“Apa setelah ini kau akan langsung kembali ke kantor?” Tanya Dimas.
‘Pertanyaan macam apa itu? Bahkan anak SD pun tahu jawabannya’ Batin Conradinez menggerutu kesal.
“Ya” Jawab Mikaila. “Kau?” Tanyanya.
‘Untuk apa juga Mika bertanya balik?’ Batin Conradinez lagi.
“Tentu saja. Setelah makan siang ‘kan kita masih harus bekerja” Jawab Dimas. “Berarti kalian berdua sudah lama saling kenal, ya?” Tanyanya.
“Begitulah” Jawab Mikaila.
“Apa besok malam kau sibuk?” Tanya Dimas.
“Besok kami ada janji” Sahut Conradinez membuat Mikaila menatapnya tak terima. “Besok dan beberapa hari ke depan, kami sudah memiliki janji” Lanjutnya yang membuat Mikaila semakin kesal.
“Ah~” Gumam Dimas. “Kalau begitu beritahu aku kalau kau sudah tidak memiliki janji” Ucapnya pada Mikaila.
“Ya” Jawab Mikaila bertepatan dengan pesanan mereka yang diantar oleh beberapa pelayan.
“Kalian sering makan di sini?” Tanya Dimas.
“Bukankah itu sudah pasti? Kami sudah lama saling kenal, jadi sudah pasti kami sering makan di sini. Berdua” Jawab Conradinez seraya menekankan kata ‘berdua’. Sementara Dimas hanya mengangguk-anggukkan kepalanya.
Setelahnya, mereka bertiga mulai memakan makanan masing-masing dalam diam. Meski begitu, Conradinez tak henti-hentinya menatap Mikaila yang tampak nyaman duduk di samping Dimas.
Bukan Hanya Mikaila, Dimas pun bertingkah seakan sangat perhatian pada wanita itu. Bertanya berbagai hal yang tak penting, menawarkan makanan, minuman, dan tisu. Memangnya dia pelayan? Conradinez bahkan hanya makan dua sendok dari makanannya, selebihnya ia aduk-aduk karena kesal.
Meski begitu, Mikaila melirik ke arah Conradinez beberapa kali untuk mengetahui bagaimana ekspresi pria itu saat ini. Hal yang tak disadari oleh Conradinez. Ia lantas tersenyum tipis di tengah kunyahannya saat melihat Conradinez yang hanya mengaduk-aduk makanannya.
Seusai makan siang, mereka bertiga pun keluar dari sana dengan mobil Conradinez yang telah menunggu di depan restoran.
“Bagaimana kalau kau kembali denganku? Kita ‘kan searah” Tawar Dimas.
“Dia akan pergi denganku” Tolak Conradinez.
“Baiklah” Ucap Mikaila yang langsung mendapat tatapan tak terima dari Conradinez. Sementara Dimas mengembangkan senyumnya.
“Kalau begitu, ayo. Sebentar lagi waktu istirahat selesai” Ajak Dimas. “Kami duluan” Pamitnya pada Conradinez kemudian mengajak Mikaila beranjak ke mobilnya yang berada di parkiran.
“Apa-apaan itu? Dia bahkan sama sekali tak menolak?” Tanya Conradinez pada dirinya sendiri. “Melirikku pun tidak” Gumamnya kesal.
Saat ini, Conradinez merasa sangat ingin memukul sesuatu karena marah. Sebenarnya ia sangat tak rela melihat Mikaila pergi dengan pria itu. Tapi, karena Mikaila masih marah padanya, jadi ia tak bisa mengatakan apapun untuk sekarang yang bisa menambah kemarahan Mikaila padanya.
Conradinez lantas mengacak rambut belakangnya kemudian masuk ke dalam mobil lalu pergi dari sana.
-------
“Terima kasih” Ucap Mikaila pada Dimas setelah mereka tiba di basement perusahaan.
“Tidak perlu. Lagi pula kita searah” Ujar Dimas. Setelahnya, mereka berdua pun keluar dari mobil. “Apa kau memiliki waktu luang setelah pulang kerja nanti? Aku ingin meminta tolong sesuatu” Tanyanya.
“Tolong apa?” Tanya Mikaila.
“Karena aku masih baru bekerja di sini dan masih belum mengenal banyak tempat, jadi apa kau bisa memanduku untuk berkeliling nanti? Aku tersesat” Tanya Dimas membuat Mikaila terkekeh. “Kenapa kau tertawa? Apa ada yang lucu?” Tanyanya lagi.
“Kupikir kau ingin meminta tolong apa” Ucap Mikaila.
“Jadi?” Tanya Dimas.
“Baiklah” Jawab Mikaila seraya tersenyum menatap Dimas yang juga tengah tersenyum menatapnya.
“Kalau begitu, aku akan menghampirimu saat pulang nanti” Ucap Dimas.
“Tidak perlu, bertemu di depan ruanganmu saja. Kita akan mulai dari sana” Tolak Mikaila.
“Baiklah” Ucap Dimas.
-------
Kini, Conradinez tengah mengetuk-ngetukkan jarinya di atas meja sejak satu jam yang lalu. Entah karena apa. Padahal ia hanya duduk tenang di kursinya tanpa melakukan apapun. Mungkin ini karena ia merasa tak tenang membiarkan Mikaila pergi bersama Dimas tadi.
“Tidak. Tidak mungkin” Gumam Conradinez saat otaknya memikirkan suatu hal yang sangat mustahil terjadi.
“Tidak. Mika tidak mungkin melakukan itu” Gumam Conradinez lagi. “Dia tidak akan menyukai pria itu” Lanjutnya.
“Mika hanya mencintaiku. Jadi tidak mungkin dia menyukai pria lain” Gumamnya lagi mencoba meyakinkan dirinya sendiri.
“Walau sekarang Mika sedang marah padaku, tapi dia tetap mencintaiku. Jadi tidak mungkin dia melakukan itu” Ucap Conradinez kemudian menghela nafas. “Untuk apa aku mengkhawatirkan sesuatu yang tidak akan terjadi?” Lanjutnya kemudian terkekeh. Ia merasa begitu bodoh karena memikirkan hal tak penting seperti itu.
“Lebih baik sekarang aku bekerja” Gumam Conradinez kemudian kembali melanjutkan pekerjaannya.
-------
Tok... Tok... Tok...
“Masuk” Teriakan yang berasal dari dalam ruangan tersebut lantas membuat Mikaila membuka pintu yang berada di hadapannya.
“Kau sudah datang?” Tanya Dimas seraya tersenyum.
“Maaf, aku sedikit terlambat karena pekerjaanku baru saja selesai” Ucap Mikaila.
“Tidak apa-apa. Pekerjaanku juga baru selesai” Ujar Dimas berbohong. Pasalnya, ia telah menunggu Mikaila sejak setengah jam yang lalu. “Ayo” Ajaknya.
Keduanya lalu keluar dari sana dan memulai tur mereka berkeliling perusahaan dengan Mikaila yang menjelaskan lokasi setiap ruangan pada Dimas. Tak hanya itu, Mikaila juga menjelaskan beberapa hal yang ia ketahui.
“Lalu, ini ruangan apa?” Tanya Dimas saat Mikaila melewatkan satu ruangan.
“Ah, itu ruang penyimpanan berkas-berkas yang sudah tak terpakai. Biasanya, setiap minggu ada yang akan menyaring berkas-berkas apa saja yang sudah tak terpakai lalu memasukkannya ke dalam sana” Jelas Mikaila.
“Kalau begitu, pasti sudah ada banyak berkas-berkas yang tak terpakai di dalam” Ucap Dimas.
“Tidak juga” Ujar Mikaila.
“Kenapa?” Tanya Dimas.
“Karena setelah... Tidak! Jangan!” Tahan Mikaila saat melihat Dimas membuka pintu tersebut.
-------
Love you guys~