Chapter 8

1561 Kata
“Ikuti mereka” Pintah Conradinez pada Geri saat ia baru saja melihat Mikaila berada di dalam mobil Dimas bersama pria itu lewat tepat di sampingnya. Itulah yang membuatnya begitu kesal saat ini. “Baik, Tuan” Ucap Geri kemudian mulai melajukan mobil tersebut mengikuti mobil Dimas. “Pria sialan” Maki Conradinez pelan. Meski begitu, Geri masih dapat mendengar makian dari Tuannya tersebut hingga membuatnya melirik Conradinez melalui kaca spion tengah mobil untuk melihat ekspresi geram dari pria itu. Tak berapa lama kemudian, akhirnya mereka tiba di sebuah restoran yang menjadi tujuan Mikaila dan Dimas siang ini. Conradinez lantas semakin geram saat melihat Mikaila tersenyum lebar pada Dimas begitu keduanya keluar dari mobil. Senyum pertama yang ia lihat dari wanita itu setelah mereka insiden tempo hari. Walau tentu saja, senyum Mikaila lebih lebar saat bersamanya dari pada bersama Dimas. Setelah Mikaila dan Dimas masuk ke dalam restoran tersebut, Conradinez pun memutuskan untuk keluar dari mobilnya kemudian menyusul masuk ke dalam restoran. Sesampainya di dalam, ia mencari keberadaan kedua orang tadi dan menemukan keberadaan mereka tepat di sudut ruangan tersebut. “Lihat itu, dia tersenyum pada pria sialan itu” Gerutu Conradinez kemudian mulai berjalan menuju meja Mikaila dan Dimas. “Kau mau pesan apa?” Tanya Dimas pada Mikaila seraya membuka buku menu masing-masing. “Aku pesan...” “Kita bertemu di sini” Potong Conradinez begitu sampai di samping meja keduanya membuat Mikaila terlihat terkejut dengan kehadiran pria itu. Saat ini ia merasa seperti tertangkap basah berselingkuh. “Oh, Conradinez” Sapa Dimas. “Aku boleh bergabung dengan kalian, ‘kan?” Tanya Conradinez mengabaikan sapaan Dimas. “Mmm... Ten...” Belum sempat Dimas menyelesaikan ucapannya, Conradinez lebih dulu duduk di samping Mikaila seraya bersedekap. “Pesanlah” Pintah Conradinez. Mencoba mengabaikan sikap seenaknya dari Conradinez, Dimas kembali melihat menu yang ia pegang. “Kau pesan apa, Mik?” Tanya Dimas. “Aku pesan set ayam lada hitam” Jawab Mikaila sedikit kaku karena kehadiran Conradinez. ‘Santai saja, Mikaila. Bersikap seperti biasa saja’ Batin Mikaila. “Kau?” Tanya Dimas pada Conradinez. “Samakan saja” Jawab Conradinez. Setelahnya, Dimas lalu memanggil seorang pelayan dan memesan makanan. Seusai memesan makanan, pelayan tersebut pergi meninggalkan mereka bertiga. “Aku belum pernah melihatmu” Ucap Conradinez pada Dimas. “Ah, ya. Aku memang masih baru bekerja di sana” Ujar Dimas. “Apa jabatanmu?” Tanya Conradinez. “Manajer umum” Jawab Dimas. “Lumayan” Gumam Conradinez dengan suara pelan. “Apa?” Tanya Dimas yang dibalas gelengan kepala oleh Conradinez. “Sepertinya kalian sudah mulai dekat” Ucap Conradinez. “Hentikan” Pintah Mikaila. “Apa kalian memang sudah kenal sebelum bekerja di Hoor Company?” Tanya Conradinez menghiraukan ucapan Mikaila. “Kubilang hentikan” Pintah Mikaila. “Kenapa? Aku hanya bertanya. Mungkin saja kamu punya sahabat lain yang tidak kuketahui” Ucap Conradinez membuat Dimas bingung maksud dari ucapan Conradinez. “Apa maksudmu?” Tanya Mikaila seraya menatap tajam pada Conradinez yang hanya mengendikkan pundaknya. “Oh ya, kau bekerja di mana Conradinez?” Tanya Dimas mencoba mencairkan suasana yang tampak tegang tersebut. “AN Corporation” Jawab Conradinez. “AN Corporation? Aku juga punya teman yang bekerja di sana bagian personalia. Kau?” Tanya Dimas membuat Conradinez tersenyum miring, walau hanya senyum tipis. “Siapa namanya?” Tanya Conradinez balik mengabaikan pertanyaan Dimas. “Namanya Agustin Prasetyo. Dia sudah bekerja tiga tahun di sana” Jawab Dimas dan hanya dibalas anggukan oleh Conradinez yang kini telah memiliki rencana di otaknya. Tak lama kemudian, beberapa pelayan datang untuk mengantarkan pesanan mereka. Setelahnya, pelayan tersebut pun pergi. Masih dalam suasana sedikit canggung, mereka pun mulai memakan makanan masing-masing walau kini Mikaila sudah tak memiliki selera makan lagi karena Conradinez. “Tapi, kenapa kau memilih makan di restoran ini? Bukankah restoran ini sangat jauh dari tempatmu bekerja?”Tanya Dimas pada Conradinez. “Karena makanan di sini lumayan enak” Jawab Conradinez berbohong tanpa menatap Dimas membuat Mikaila berdecih dalam hati mendengar kebohongan pria itu. Pasalnya, ini adalah kali pertama Conradinez datang ke restoran ini. Karena restoran yang sering di datangi pria itu hanya dua, yaitu restoran Monica dan restoran yang tempo hari mereka datangi saat Conradinez memaksanya untuk bertemu. “Jadi kau sering makan di sini, ya” Ucap Dimas seraya mengangguk-anggukkan kepalanya. “Bersama Mikaila?” Tanyanya. “Tentu saja” Jawab Conradinez yang lagi-lagi berbohong. “Aku sudah selesai” Ucap Mikaila membuat Conradinez dan Dimas menghentikan suapan mereka. “Kalau begitu aku pergi duluan” Lanjutnya kemudian berdiri dari duduknya. “Akan kuantar” “Ayo” Ucap Conradinez dan Dimas bersamaan yang membuat kedua pria tersebut saling memandang dengan tatapan penuh arti. “Aku akan pergi dengan Dimas” Ujar Mikaila kemudian beranjak dari sana yang kemudian disusul oleh Dimas membuat Conradinez kesal hingga rahangnya mengeras. -------                      Hening.                      Suasana di dalam mobil Dimas saat ini terasa sedikit canggung setelah mereka keluar dari restoran tadi. Tak seperti sebelumnya, saat mereka berangkat dari kantor yang terasa lebih hidup dengan percakapan di antara keduanya. Sebenarnya, Dimas sama sekali tak merasakan hal seperti itu. Hanya saja, melihat Mikaila yang terus terdiam sembari menatap keluar jendela membuat Dimas sedikit ragu untuk memulai percakapan. “Apa kalian sedang bertengkar?” Tanya Dimas hati-hati membuat Mikaila menatap padanya. “Kau tahu, semacam pertengkaran di antara sahabat” Jelasnya. Mikaila lantas kembali memalingkan pandangannya dari Dimas menuju pemandangan di luar jendela yang saat ini sedang sangat terik karena cahaya matahari yang bersinar dengan sangat cerah. “Jadi benar kalian sedang bertengkar?” Tanya Dimas. “Maaf, bukannya aku ingin mencampuri urusan kalian” Lanjutnya. Setelah ucapan Dimas tersebut, suasana di dalam mobil tersebut kembali hening dengan pikiran masing-masing hingga ponsel Mikaila berdering menandakan ada sebuah pesan yang masuk. ***                              From : +62 81345678xxx Apa dia alasan lain kamu ingin mengakhiri hubungan kita? ***                              Meski pun itu adalah pesan dari nomor baru, tapi ia tak perlu bertanya-tanya untuk tahu siapa pengirim pesan tersebut. Karena sudah jelas kalau pengirimnya adalah Conradinez. Entah menggunakan nomor siapa, Mikaila tak peduli. Ia pun tak menggubris pesan yang jelas-jelas menuduhnya berselingkuh tersebut dan memilih menyimpan ponselnya kembali ke dalam tas setelah mengubah pengaturan ponselnya ke mode diam. Sementara itu, Dimas yang tengah menyetir mobil secara diam-diam melirik semua pergerakan Mikaila. Bahkan saat wanita itu tak mengeluarkan ekspresi apapun saat membaca pesan tadi yang membuatnya sedikit penasaran, apa isi dari pesan tersebut. Di sisi lain, Conradinez menggenggam erat ponsel Geri yang baru saja ia gunakan untuk mengirim pesan pada Mikaila. Pikirannya telah melayang entah ke mana karena melihat Mikaila dan Dimas yang terlihat begitu dekat. Apa benar kalau Mikaila telah berselingkuh darinya? Atau Mikaila tidak mencintainya lagi? Conradinez lantas melempar ponsel Geri entah ke mana untuk melampiaskan rasa kesalnya. Untung saja mereka sedang berada di dalam mobil jadi ponsel Geri masih bisa terselamatkan. Tapi sekarang masalahnya bukan itu, bukan? Masalahnya sekarang adalah apa sebenarnya hubungan Mikaila dan Dimas? -------                              “Maaf, sepertinya aku sangat ikut campur dalam masalah kalian” Ucap Dimas setelah mereka tiba di basement perusahaan. “Tidak apa-apa” Ujar Mikaila. “Tapi apapun itu, aku harap kalian bisa segera menyelesaikannya dengan baik-baik” Ucap Dimas tulus walau ia tak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Mikaila dan Conradinez. “Terima kasih” Ujar Mikaila seraya keluar dari mobil bersama Dimas. “Apa malam ini kau ada waktu?” Tanya Dimas. “Ah. Maaf, aku lupa kalau kau sudah punya janji” Serunya saat Mikaila hendak menjawab. “Tapi kalau kau ada waktu luang, kau boleh menghubungiku kapan pun” Ucap Dimas seraya tersenyum lebar pada Mikaila. “Eh, apa itu?” Tanya Dimas seraya menunjuk sesuatu yang berada di sisi kiri mereka. Mikaila sontak mengalihkan pandangannya pada sesuatu yang ditunjuk oleh Dimas namun tidak menemukan apapun di sana. “Satu kosong” Ucap Dimas seraya terkekeh membuat Mikaila menatap pria itu bingung. Namun sekian detik kemudian, Mikaila mengerti maksudnya. “Tidak lucu” Ujar Mikaila. “Tersenyumlah, kau terlihat lebih cantik saat tersenyum. Kalau seperti ini, kau terlihat seperti orang yang baru saja patah hati karena murung terus” Ucap Dimas. “Sepertinya kau salah paham. Wajahku memang seperti ini” Ujar Mikaila. “Anak kecil pun tahu kalau saat ini kau sedang murung” Ucap Dimas. “Kau terlalu melebihkan” Ujar Mikaila. “Tapi itu memang kenyataannya. Dan jangan remehkan anak kecil. Karena walau pun mereka masih kecil, tapi mereka tahu saat orang dewasa sedang sedih. Entah bagaimana caranya, tapi percayalah karena semua keponakanku juga seperti itu” Ucap Dimas. “Kau memiliki keponakan?” Tanya Mikaila. “Ya, aku memiliki dua keponakan dari kakak perempuanku” Jawab Dimas yang hanya dibalas anggukan kepala oleh Mikaila bertepatan dengan mereka yang masuk ke dalam lift. “Kau ingin bertemu mereka?” Tanya Dimas. “Lain kali saja, Pak” Jawab Mikaila yang kini bersikap lebih formal membuat Dimas menatap takjub padanya. “Wah~ Kau ini benar-benar sangat profesional, ya” Puji Dimas. “Terima kasih, Pak” Ucap Mikaila membuat Dimas terkekeh. -------                              Trek... Trek... Trek...        Itu adalah suara jari Conradinez yang mengetuk-ngetukkan jarinya pada pagar pembatas balkon kamarnya seraya memandang lautan yang membentang luas di hadapannya. Tak sekali pun pikirannya beranjak dari Mikaila. Ia lantas mengacak rambutnya frustasi. Kenapa kehidupan percintaannya harus seperti ini? Tak bisakah mereka berakhir dengan bahagia tanpa ada pengganggu dan rasa curiga seperti ini? Tidak bisa. Ia tidak bisa berlama-lama dalam situasi sekarang. Situasi saat ini sangat mengganggunya. Tanpa berpikir panjang, Conradinez pun segera memakai hoodie dan keluar dari kamarnya. “Con” Panggil Will begitu Conradinez keluar dari lift. “Ada apa, Dad?” Tanya Conradinez. “Kamu mau ke mana malam-malam begini?” Tanya Will balik. “Ke rumah Mika, Dad” Jawab Conradinez. “Baiklah. jangan pulang terlalu larut” Ucap Will. “Iya, Dad” Ujar Conradinez kemudian segera berlalu dari sana. Conradinez lantas masuk ke dalam mobilnya yang berada di garasi dan segera melajukannya menuju rumah Mikaila. Ia bahkan tak lupa membeli nomor baru untuk menghubungi Mikaila karena wanita itu telah memblokir nomornya. Setelah tiba di depan rumah Mikaila, Conradinez segera mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Mikaila. “Halo” Sapa Mikaila di seberang telepon. “Keluar sekarang juga atau aku akan memberitahu Ev tentang hubungan kita” Ancam Conradinez mengabaikan sapaan Mikaila. -------                              Love you guys~           
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN