Aidil menyetir mobil dengan perasaan gusar. Hatinya benar-benar kacau. Memori masa lalu selalu saja menghantui. Perasaan bersalah yang tak pernah terobati hingga kini. "Kau di mana, Ta? Bagaimana keadaanmu? Bagaimana keadaan anak kita? Maafkan aku. Maaf," lirih Aidil dengan mata memerah menahan tangis. Buncahan kesedihan yang meraja hati. Luka tak kasat mata yang ia rasa bertahun-tahun. Namun, ia sadar, luka ini belum seberapa dibandingkan luka yang sudah ia torehkan pada seorang wanita di masa lalunya. "Kak, aku hamil," adu seorang gadis yang masih mengenakan seragam abu-abu. Laki-laki yang tak lain adalah Aidil itu pun segera duduk di samping gadis itu. "Apa? Kamu serius?" tanya Aidil dengan sorot mata penuh keterkejutan. Gadis itu pun mengangguk seraya mengeluarkan sesuatu dari dala