Happy Reading
Setelah resmi menceraikan Levina Enam bulan yang lalu, Roni sama sekali tidak peduli dengan kehidupan mantan istrinya itu. Baginya, yang terpenting adalah bagaimana ia bisa menikmati harta kekayaan yang sudah berhasil dirampas dengan licik dari Levina. Ia merasa kemenangan berada di tangannya.
Namun akhir-akhir ini takdir justru sering mempertemukan mereka kembali.
Levina tersenyum manis, bibir mungilnya terangkat memperlihatkan lesung pipit yang dulu selalu membuat banyak pria terpikat. Senyum itu kini tampak berbeda—penuh percaya diri, penuh pesona.
Roni tertegun. Kenapa setelah bercerai darinya, Levina justru berubah menjadi lebih anggun, lebih memikat?
Dulu, Levina hanya mengenakan pakaian sederhana, lebih sering tampil apa adanya. Tetapi malam itu ia hadir dengan dress mewah berwarna emerald—pemberian Ethan, pria yang diam-diam selalu ada untuknya, membantunya. Make-up natural membingkai wajahnya, membuat kulitnya semakin bercahaya. Ia benar-benar tampak seperti wanita kelas atas yang terlahir untuk mempesona.
Roni mendadak gugup. Tatapan Levina yang penuh misteri dan sedikit menggoda membuat napasnya tercekat. Ia bahkan tidak menyangka mantan istrinya yang dulu lembut, kalem, dan polos itu kini bisa tampil dengan aura begitu kuat.
Padahal dulu, Levina sama sekali tidak tahu bagaimana cara menggoda seorang pria. Ia hanyalah wanita lugu yang selalu tunduk. Namun karena dendam, Levina belajar banyak. Ia mencari tahu, bahkan menonton berbagai tutorial di media sosial dan You-Tube, semua hanya demi satu tujuan, membuat Roni jatuh tersungkur kembali dalam pesonanya.
Dan kini, permainan itu sudah dimulai.
Tiba-tiba ada seorang wanita cantik dan seksi muncul dan memeluk lengan Roni.
Levina mengerutkan alisnya dan tersenyum sinis saat melihat wanita itu. "Ck, dasar modal s**********n!"
“Dia siapa?” tanya seorang wanita berambut hitam panjang yang berdiri di samping Roni. Nada bicaranya ketus, penuh ketidak-sukaan. Wanita itu menatap Levina dari ujung kaki hingga kepala seolah ingin menguliti habis setiap inci penampilannya.
Levina tersenyum ramah dengan sorot mata yang menusuk halus.
“Maaf, apa Anda lupa dengan saya, Nona? Beberapa bulan lalu, Anda pernah berkunjung ke rumah saya. Saat itu, Roni mengenalkan kita. Kalau tidak salah, katanya Anda adalah sahabat lamanya.”
Wanita itu terdiam sejenak, wajahnya berubah. Sebelum ia bisa menjawab, Roni buru-buru menimpali.
“Eh, dia… dia Levina. Maaf, maksudku… Sonya, dia mantan istriku,” ucap Roni dengan suara terbata, merasa gugup karena mendapat tatapan tajam dari wanita di sampingnya yang ternyata adalah Sonya, kekasih barunya sekaligus mantan yang kembali hadir dalam hidupnya.
Levina mengerjap. "Sonya?" Levina ingat, waktu itu Sonya datang ke rumahnya dengan pakaian yang seksi, namun belum sempat memperkenalkan diri. Saat itu, Roni justru menyuruh Levina masuk ke kamar tanpa banyak tanya. Sekarang semuanya mulai jelas.
Sonya melotot, matanya membesar ketika Roni menyebutkan namanya di hadapan Levina. Wajahnya merah karena malu sekaligus marah. Namun Roni tampak tak peduli, justru pandangannya terus terarah pada Levina—terpana oleh pesona yang sama sekali berbeda dari yang ia ingat.
Seharusnya, menurut rencana mereka, Levina sekarang sudah menjadi gelandangan, tak punya apa-apa. Tetapi mengapa kenyataannya justru berbanding terbalik? Kenapa Levina bisa berubah secepat ini, tampil lebih indah, lebih memikat, seolah-olah terlahir kembali?
“Apakah kamu sudah bekerja?” tanya Roni dengan suara serak, penuh rasa penasaran.
Levina tersenyum samar, lalu menunduk seolah menyembunyikan kesedihan. “Ya, aku bekerja. Di tempat yang sangat layak. Di sana aku belajar banyak hal… termasuk bagaimana menjadi wanita yang kuat. Aku tidak ingin terus-menerus tersiksa karena perceraian kita. Sebenarnya, aku juga tidak tahu… kenapa kamu tiba-tiba menceraikan aku, Roni.” Levina ingin main drama.
Setelah melihat jelas dan mengingat siapa wanita selingkuhan Roni, tiba-tiba Levina ingin mengubah rencananya. Dia harus menjadi w*************a untuk menjerat cinta pria itu.
Levina berlagak sedih, dia menutupi wajah dengan tangannya, pura-pura menahan tangis. Air matanya tidak benar-benar jatuh, tetapi raut wajahnya begitu meyakinkan. Akting yang ia pelajari berhasil. Langkah pertama, membuat sang mantan merasa bersalah.
“Levina, jangan seperti ini… kita—” Roni mencoba mendekat, suaranya melemah.
“Roni!” potong Sonya tajam. Ia melotot, wajahnya penuh amarah. “Ayo kita pergi dari sini! Aku muak melihatmu bersikap seperti ini di depan mantan istrimu.”
Wanita itu menggenggam tangan Roni dengan kasar, menyeretnya. Roni sempat menoleh, tapi akhirnya pasrah mengikuti langkah Sonya.
Levina mengangkat wajahnya, senyum sinis tersungging di bibirnya. Permainan baru saja dimulai. Dia tidak akan berlama-lama untuk membalaskan dendamnya dan merebut harta kekayaannya dari pria b******k itu.
“Bersiaplah, Roni. Aku akan membuatmu menyerahkan semua harta itu… dengan sukarela.”
Ternyata Levina juga punya bukti yang menarik lagi, yaitu tentang hubungan Roni dengan wanita itu, sepertinya keduanya terlibat dalam usaha mengusir Levina dan mengambil harta kekayaannya.
Setelah itu, Levina menarik napas panjang. Bermain peran sebagai wanita kuat dan penuh pesona ternyata menguras energi. Tapi demi dendam, ia akan terus melanjutkan.
***
Roni tidak bisa tidur malam itu. Pertemuan singkat dengan Levina membuat hatinya kacau balau. Enam bulan lalu Levina pergi dengan wajah kusam, Kumal, jerawatan, tapi kini mantan istrinya itu muncul dengan penampilan yang begitu luar biasa. Wajah Levina tampak bersinar, tubuhnya lebih terawat. Ia begitu cantik.
“Kenapa aku baru sadar… kalau ternyata kamu secantik itu, Levina,” gumam Roni sambil menatap langit-langit kamar.
Bayangan Levina menangis tadi terus menghantuinya. Ada rasa kasihan yang tumbuh, rasa yang seharusnya sudah ia buang jauh-jauh. Dulu, Roni menikahi Levina karena ingin memperbaiki hidupnya. Ia memanfaatkan kepolosan wanita itu, bahkan sempat menumbuhkan cinta kecil di hatinya.
Tetapi setelah kakek Levina meninggal, Levina kewalahan mengurus perusahaan warisan. Roni lah yang mengambil alih jabatan CEO dengan dalih membantu sebagai suami. Padahal sebenarnya, ia hanya ingin menguasai harta itu. Roni menceraikan Levina karena merasa bosan dan jijik dengan keadaannya yang tidak bisa merawat tubuhnya waktu itu. Apalagi setelah bertemu kembali dengan Sonya, mantan kekasihnya. Mereka pun bersekongkol untuk menyingkirkan Levina.
Kini, penyesalan tiba-tiba menghantam. Roni resah, gelisah, dan tak bisa tenang.
“Aku harus tahu bagaimana kabarnya…” katanya pelan, sambil meraih ponselnya.
Nomor Levina masih tersimpan di sana. Jemarinya bergetar ketika menekan tombol panggil.
“Mudah-mudahan dia belum tidur… Ah, Levina… kenapa sekarang kamu mengusik pikiranku?”
Tuut… tuut…
Sambungan tersambung. Roni menahan napas.
“Halo! Siapa ini?” suara berat seorang pria terdengar di seberang.
Deg! Jantung Roni seolah berhenti berdetak. Nomor itu jelas nomor Levina, tapi mengapa yang mengangkat adalah seorang laki-laki?
Siapa pria itu? Kenapa ia memegang ponsel Levina?
Roni mengepalkan tangan, dadanya terasa sesak.
“Tidak… aku tidak bisa menerima ini… Aku tidak akan membiarkan Levina bersama pria lain!”
Bersambung…