Bab 15. Sikap Roni

1470 Kata
Happy Reading Levina saat ini sedang berada di sebuah butik bersama dengan Nyonya Bela. Suasana butik yang mewah membuat Levina sedikit canggung, apalagi dia bukan tipe perempuan yang sering berbelanja di tempat seperti ini. “Levina, ayo cepat pilih gaun yang bagus untukmu,” ucap Nyonya Bela sambil menelusuri rak-rak gaun. Tangannya lincah memilih beberapa potong baju, sementara matanya sesekali menoleh pada sang putri, Casandra, yang juga sedang mencoba dress. “Nanti aku yang bayar, jadi kamu tidak perlu khawatir.” Levina buru-buru menggeleng, langkahnya terasa berat di antara deretan gaun mahal yang berkilauan di bawah cahaya lampu butik. “Maaf, Nyonya … saya rasa saya tidak perlu, dan saya juga tidak pantas memakai gaun-gaun seperti ini,” ujarnya pelan, menunduk sopan agar penolakannya tidak terdengar kasar. Nyonya Bela justru tersenyum hangat, tidak terpengaruh sedikit pun oleh penolakan itu. Ia meraih bahu Levina lembut, seakan ingin menegaskan bahwa ucapannya serius. “Ayolah, Levina. Jangan merasa sungkan. Aku ingin membelikanmu sebuah gaun. Setiap kali pelayan di rumah ikut menemaniku ke butik atau mall, mereka pasti kubelikan dress. Jadi kamu tidak perlu merasa tidak enak hati, anggap saja ini hadiah dariku.” Levina terdiam sejenak, ragu. Matanya menelusuri gaun-gaun yang tergantung dengan rapi. Akhirnya, setelah didesak oleh tatapan lembut Bela, ia memilih sebuah dress yang sederhana tapi tetap terlihat elegan. Warna peach lembut dengan aksen renda di bagian pinggang menarik perhatiannya. “Coba yang ini, Nona. Aku yakin cocok sekali denganmu,” ucap salah satu petugas butik sambil menyerahkan dress itu. Dengan langkah malu-malu, Levina masuk ke ruang ganti. Tangannya bergetar sedikit saat ia mengenakan dress tersebut. Saat ia menatap pantulan dirinya di cermin, matanya terbelalak kecil—gaun itu benar-benar membuat tubuhnya terlihat lebih ramping dan anggun. Beberapa menit kemudian, Levina keluar dari ruang pas. Pipinya bersemu merah karena malu, namun ia berusaha tersenyum. “Bagaimana, Nyonya?” tanyanya dengan suara lirih. Bela menepuk tangan, matanya berbinar puas. “Astaga, Levina! Kamu kelihatan sangat menawan. Lihat, Casandra, bukankah dia cantik sekali dengan dress ini?” katanya antusias. Casandra hanya mengangguk sekilas, sibuk memperhatikan dirinya sendiri di cermin besar butik itu. Namun, pada saat yang bersamaan, pintu butik terbuka. Seorang pria masuk dengan langkah tegap—Roni. Ia datang untuk membelikan baju bagi kekasihnya, Sonya. Tapi begitu matanya menangkap sosok Levina yang berdiri anggun dalam balutan dress peach itu, langkahnya seketika terhenti. Tatapannya membeku, nafasnya seakan tercekat. Roni tidak pernah menyangka akan melihat mantan istrinya tampil semempesona itu. Dengan gaun sederhana namun elegan, ditambah aksen renda yang mempertegas lekuk tubuhnya, Levina tampak luar biasa. “Levina…” desis Roni nyaris tanpa sadar. Levina mendongak, dan begitu melihat sosok pria itu, hatinya berdesir. Namun, alih-alih terkejut, ia justru memilih memanfaatkan momen tersebut. Bibirnya melengkung, menampilkan senyum manis yang entah mengapa terasa menusuk hati Roni. Mata Roni sulit berpaling. Dalam batinnya bergema sebuah pengakuan yang tak terucap. "Semakin hari kamu semakin cantik, Levina." Detik itu juga, hatinya goyah. Ada perasaan asing yang perlahan merambat, membuat dadanya sesak dan pikirannya kacau. Jika terlalu sering melihat senyum semanis itu, ia tahu dirinya akan “diabetes”—bukan karena gula, melainkan karena manisnya Levina yang membuatnya lemah tak berdaya. *** "Kamu cantik sekali, Levina! Sepertinya kamu memang harus membeli dress yang bagus, soalnya cocok banget kamu pakai dress seperti ini?" ucap Bela memandang Levina dari atas hingga bawah. Levina sendiri masih merasa sedikit canggung karena biar bagaimanapun yang memujinya itu adalah Nyonya besar alias majikannya. Memang dasarnya Nyonya Bela itu sangat baik, tidak pernah membeda-bedakan antara pembantu atau pegawai yang lain. Dia memperlakukan semua pegawainya sama, bahkan keramahannya membuat Nyonya Bela menjadi idola di kalangan para pelayan di rumah. Sungguh mulia hatinya, Levina benar-benar terharu bisa mendapatkan majikan yang seperti ini. "Nyonya terlalu berlebihan, saya jadi malu," jawab Levina menundukkan kepalanya membuat Bela tertawa. Sedangkan di depan pintu, Roni masih betah memandangi wajah mantan istrinya yang benar-benar terlihat semakin cantik. Jantungnya bahkan berdebar-debar ketika Levina meliriknya. Levina merasa ini saatnya dia untuk unjuk gigi dengan pada Roni yang masih betah memandang ke arahnya. "Ehm, Nyonya, saya mau bicara dengan mantan suami saya, boleh?" ucap Levina berbisik pada Bela. "Mantan suamimu ada di sini?" Levina mengangguk dan mengarahkan pandangannya ke belakang. Bela mengikuti pandangan Levina dan melihat seorang pria berusia putranya berdiri tidak jauh dari pintu masuk sedang menatap ke arah mereka. "Dia mantan suamimu, Levina?" "Iya, Nyonya, saya ingin menyapanya, karena meskipun kami sudah bercerai, saya tidak ingin ada permusuhan di antara kami," jawab Levina. "Tapi aku dengar dia yang menceraikanmu dan mengusirmu dari rumah?" Levina hanya diam dengan pertanyaan majikannya. "Maaf, Levina. Aku tidak bermaksud membuatmu sedih," lanjut Bela merasa bersalah. "Eh, tidak Nyonya, jangan minta maaf, saya tidak apa-apa," Levina merasa tidak enak dengan Bela. Sebenarnya dia tidak bermaksud seperti itu, kediamannya itu karena Levina memang merasa ucapan majikannya itu benar. "Kalau begitu apa yang kamu inginkan, Levina?" Levina bingung, dia sebenarnya ingin mendatangi Roni untuk melancarkan aksinya, tapi dia malu kalau harus meminta izin pada Nyonya besarnya itu. Bela yang tahu gelagat Levina yang sepertinya ingin menyampaikan sesuatu pada mantan suaminya. "Apakah ada yang ingin kamu sampaikan pada mantan suamimu?" tanya Bela. Levina yang sejak tadi menunduk hanya bisa menganggukkan kepalanya. Bela tersenyum, mungkin memang Levina ingin mengatakan sesuatu yang penting kepada Roni. "Kalau begitu aku akan memberikan waktu untukmu bicara dengan mantan suamimu, ehm,, siapa namanya?" "Roni, Nyonya," jawab Levina. "Aku akan menunggumu di dalam, kamu bisa leluasa bicara dengan Roni di ruang tunggu itu," ucap Bela. "Terima kasih, Nyonya, Anda baik sekali, kalau begitu saya akan menemui Roni dulu," ucap Levina kemudian berjalan menghampiri Roni yang masih menunggu seorang petugas butik untuk mengambilkan pesanan kekasihnya. "Ehm, aku ingin bicara denganmu sebentar, apakah kamu ada waktu?" tanya Levina saat sudah berada di belakang Roni. Pria itu tercengang kembali kala melihat kecantikan Levina yang saat ini benar-benar ada di depan matanya. Roni menatap mantan istrinya itu dari atas hingga bawah. Rambutnya yang dulu panjang dan tidak terawat sekarang dipotong menjadi lebih pendek membuat Levina terlihat semakin muda dan fresh. Wajahnya yang biasanya tanpa make-up kini semakin merona dengan blush on dan bibirnya yang berwarna pink. Apalagi Levina memakai dress mahal yang membuatnya terlihat semakin berkelas. "Roni?" Levina menyadarkan lamunan pria itu yang masih betah memandanginya. "Eh, Levina, kamu kenapa ada di butik ini?" Roni tidak menjawab pertanyaan mantan istrinya itu melainkan bertanya pada Levina tentang keberadaannya yang ada di butik tersebut. Levina menghirup napas dalam-dalam, sebenarnya dia ingin sekali menampar pipi Roni atau menendang perutnya, bahkan dia ingin sekali menjambak rambut pria itu saat ini, tangannya sudah sangat gatal kalau saja tidak mengingat misinya. Levina ingat bagaimana sikap pria itu kepadanya selama masih menjadi suami istri, apalagi dengan pengusiran dirinya yang keluar rumah tanpa uang sepeserpun karena Roni tidak memberikan apapun terhadap Levina. Sesak, sakit, hancur sudah pasti, tapi Levina ingat kembali bahwa saat ini bukan waktunya untuk merasa kecewa dan marah. Dia harus kuat hati agar semua rencananya berhasil. Levina tersenyum manis kepada Roni, berusaha menjadi w*************a agar bisa menarik hati mantan suaminya kembali. "Aku sedang menemani Nyonya Bela membeli baju, lalu kamu sendiri kenapa ada di sini?" tanya Levina memicingkan matanya. Terlihat menggemaskan di mata Roni. Levina merasa bahwa Roni mungkin akan membelikan sebuah gaun untuk seorang wanita, karena tadi dia sempat mendengar Roni berbicara dengan pegawai butik. Levina memang sudah tidak pantas untuk curiga, tapi sikapnya ini termasuk dalam pasal membuat mantan suami tergoda. Jujur selama menikah, pria itu belum pernah membelikan pakaian yang bagus untuk Levina, ada sedikit rasa iri di hatinya. 'Lihat saja, aku akan membuatmu semakin tidak berdaya, Roni!' batin Levina berusaha meredam emosi. "Ehm, aku-aku mengambilkan pesanan seseorang," jawab Roni yang tiba-tiba menjadi gugup. Entah kenapa dia merasa seperti kepergok selingkuh dan sedang membelikannya sebuah hadiah. Roni merasa bahwa Levina seperti cemburu ketika wanita itu menatapnya dengan tatapan sendu. Roni benar-benar ingat dulu Levina tidak pernah bersikap seperti itu, wanita itu terlalu polos dan tidak pernah memperlihatkan sisi manjanya kepada Roni. "Aku ingin bicara padamu, waktuku juga tidak banyak, karena Nyonya Bela sebentar lagi akan selesai," ucap Levina menatap mata Roni. "Apa yang ingin kamu bicarakan, Levina?" tanya Roni masih berusaha menetralkan kegugupannya ketika dipandang intens seperti itu. "Sebenarnya aku ingin jujur padamu, meskipun kita sudah bercerai, bahkan mungkin kamu sudah tidak mencintaiku lagi, tapi aku tidak bisa membohongi diriku bahwa aku masih mencintaimu, maaf! Aku tidak bermaksud membuatmu marah, jangan dengarkan ocehanku ini kalau kamu tidak suka," ucap Levina masih menatap Roni. "Emm, aku, eh tidak Levina, aku tidak masalah kalau kamu masih mencintaiku," jawab Roni semakin gugup. Bahkan jantungnya saat ini sudah berdebar-debar mendengar ucapan cinta sang mantan istri. Levina tersenyum, sepertinya jebakannya hampir berhasil. "Apa kamu tidak jijik denganku sekarang, Roni?" "Tidak, tentu saja aku tidak jijik, kamu sekarang semakin cantik," jawab Roni memegang tangan Levina. 'Levina, sepertinya aku akan jatuh cinta padamu kalau sikapmu semakin menggemaskan seperti ini!' batin Roni. Bersambung.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN