Ketukan kasar di pintu membuat Reifan menoleh kesal. Menampar benda bercat putih itu dengan tatapan penuh amarah. Wajah Reifan memerah demi menahan segala Hasrat yang terganggu. Dengan terpaksa, pagutan pertamanya pada Shindya harus berakhir. “Siapa?” Tidak ada jawaban. Reifan mengintip dari lubang yang ada pada daun pintu tersebut. Tak tampak siapa pun di luar sana. “Siapa di luar,” ulangnya. Tetap tak ada respon. Reifan membuka pintu. Seketika pukulan pada pangkal lengan ia terima dari seseorang yang menunggunya keluar. “Sayang, kamu di sini?” Tak menggubris. Angelica merangsek masuk. Menarik lengan wanita yang tengah merapikan penampilannya. Wajah pucat dan mata merah Shindya yang menahan kesedihan sama sekali tak menyurutkan Angel untuk memberi perhitungan. “Angel ….” “Diam d