Hardi Menemui Delia

1667 Kata

Pagi, seperti biasa Mahadirga sudah keluar dari rumah. Dengan diantar Delia sampai ke pelataran, Dirga pamit berangkat ke kantor. Punggung tangannya dikecup Delia. Ia sendiri mendaratkan bibir di dahi istrinya itu. Dirga mengusap perut Delia. Seraya mengucap beberapa kalimat sayang untuk janin dalam kandungan istrinya itu. Layaknya seorang ayah pada umumnya. "Baik-baik di rumah, Sayang," ucap Dirga. Delia tersenyum tipis. "Iya, Ayah," balasnya, terlebih sebab sadar mama dan papa mertuanya tengah memperhatikan. Baralih pada Darren. "Darren gak boleh ...." Dirga berjongkok. Telunjuknya mengarah ke hidung si tampan—putra angkatnya. "Gak bole nakal, ya, Ayah." Terbata, tapi intonasinya sudah cukup jelas untuk anak seusia Darren. Setelahnya bocah tersebut adu tos seperti biasa dengan Dirga.

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN