Gia terburu-buru turun menuju lantai tiga, memang seharusnya sejak awal Gia lebih memilih Steven dibanding Bastian. “Gia,” soalnya Gia kembali bertemu Adi. “Iya, Dok.” Gia harus bersikap sopan. “Mau kemana?” Tanyanya. “Ke ruangan Dokter Steven.” Jujur Gia. “Ngapain?” “Ada sedikit keperluan. Dokter mau ke kantin? Silahkan.” Gia hendak keluar dari dalam lift, mempersilahkan Adi masuk. Tatapannya yang selalu terlihat menyebalkan dan m***m membuat Gia enggan berlama-lama dekat dengan Adi. Saat Gia hendak keluar, tiba-tiba saja Adi menghadang langkahnya. “Jangan terburu-buru, Gia. Santai saja.” Gia menatap waspada. Sementara Adi menyeringai layaknya serigala pemangsa. “Saya buru-buru, Dok.” Gia ingin sekali menghindar, tapi sepertinya Adi tidak akan membiarkan Gia lolos begit