“Udah deh nggak udah nangis! Lo yang pergi, lo juga yang nangis!” Sierra memberikan tisu pada Gia yang ada di sampingnya. Sierra menjemput Gia, setengah jam setelah ia memberitahukan lokasinya saat ini. “Lo masih punya kesempatan untuk berubah pikiran, Gi. Belum terlambat.” Gia menggelengkan kepalanya, mengusap lelehan air mata yang ada di wajahnya. “Padahal tadi nggak nyesek bangey, sekarang kenapa gini ya!” Sial! Air matanya tidak mau berhenti. “Gue baik-baik aja tadi,” Lanjutnya. “Gue akan menyebut lo bodoh!” Cibir Sierra. “Udah ah, nggak usah nangis. Mending sekarang lo ambil barang-barang lo yang ada di apartemen Olivia. Besok pagi kita berangkat.” Gia menganggukan kepalanya, lantas Sierra pun membawa Gia ke apartemen Olivia untuk mengambil beberapa barang yang masih terti