"Sebab, merindukanmu bukan sekedar bait-bait yang dapat di ubah menjadi sebuah puisi." ------ Jam sudah menunjukkan pukul delapan malam ketika dua orang saling bertemu dan bercengkrama di sebuah cafe besar. Pertemuan ini sudah di rencanakan dari jauh-jauh hari oleh mereka berdua. Dan yang terpenting mereka bertemu karna memiliki rencana dan tujuan yang sama. Sambil memainkan buku-buku jari nya di atas meja, seseorang berbaju hitam membuka percakapan. "Jadi bagaimana kelanjutan rencana kita?" Kapan kau bisa mengeksekusinya?" tanya nya penasaran. Seseorang lainnya tersenyum tipis ke arah lawan bicaranya. "Aku sudah memikirkan semuanya dengan matang. Bahkan mempersiapkan rencana cadangan jika rencana awal kita sampai gagal." Ia tampak memajukan posisi tubuhnya, terlihat begitu antusias

