Rayyan keluar dari kamar dan menyugar rambutnya. Silvania tidak baik-baik saja dan itu membuatnya khawatir Ia meraih ponselnya dan menghubungi orang hang pertama terlintas dalam pikirannya, yaitu Akara. Kakak keduanya. Butuh dua kali deringan sampai akhirnya Akara menerima panggilannya. "Hmm.." jawab Akara dengan nada datarnya. "A, loe dimana? Bisa kesini sebentar, Cici sakit." pinta Rayyan dengan nada memelas. "Gue lagi gak di Jakarta." Jawab Akara singkat datar. "Kenapa sama dia?" tanyanya ingin tahu. "Gue gak tahu. Tubuhnya panas, trus dia kayak lemes gitu. Kayaknya dia sakit kepala juga." Jawab Rayyan ragu. "Kok pake kayaknya?" Terdengar nada tak suka dari Akara. "Periksa yang bener Ray, cek suhu badannya. Tanya yang bener yang sakitnya gimana." Perintah Akara tegas. "Gue.