12. Posisi Penghibur yang Seharusnya

1528 Kata
Marvel mewujudkan keinginan Sharon untuk menginap di apartmen miliknya, setelah membaca banyak pesan yang menurut Marvel cukup penting, dia pun menoleh ke arah pintu toilet, mendapati istri kecilnya itu keluar dari toilet, rambut panjangnya dikeriting gantung dan membuatnya tampak sangat cantik. Dia mengenakan lingerie putih yang sangat seksi, bagian atas hanya menutupi gunung kembarnya yang ranum dan sangat pas digenggaman tangan, diikat dengan tali spagheti ke belakang leher, rok pendeknya menjuntai tak sampai sejengkal dari pinggulnya. Marvel yang berbaring dan menjadikan tangannya sebagai bantalan itu meletakkan ponsel di atas nakas. Sharon berjalan berlenggak-lenggok bak seorang model dengan menyilangkan langkah ke depan dan menatap suaminya, dia langsung naik ke atas ranjang dan duduk di pangkuan Marvel dengan sensual, mencari posisi yang pas hingga dia bisa merasakan sesuatu mengganjal di bawah tubuhnya. Marvel mengenakan piyama navy berbahan satin yang sangat lembut, Sharon membelai pipi pria itu dengan gerakan menggoda lalu tersenyum lembut. “Malam ini, biarkan aku yang memulai,” tutur Sharon. “Silakan,” jawab Marvel singkat. Sharon membungkuk dan mengecup bibir pria itu, kecupannya begitu intens dan dalam, ketika dia merasakan Marvel mulai b*******h, dia melepas kecupan itu. Marvel mengernyitkan kening, menunggu apa yang akan dilakukan istrinya selanjutnya? Sharon mengecup pipi Marvel dan menuju rahangya, dengan jemari yang ramping menelusuri rahang kokoh itu, ciumannya turun ke leher Marvel sementara jemarinya dengan lihai membuka kancing piyama sang suami satu persatu, gerakannya sangat sensual menekan tubuhnya di bawah sana membuat Marvel b*******h. Marvel menggigit bibirnya sendiri ketika Sharon mulai mendaratkan kecupan ke dadda bidangnya, menari-kan lidahnya di puncak kehitaman itu. “Euhm, Sharon,” panggil Marvel sambil merapikan rambut Sharon yang terjatuh dan menutupi wajahnya. Lalu dia mendengar getaran ponselnya diikuti dengan suara panggilan telepon, nada dering yang hanya diberikan untuk orang yang paling spesial dalam hidupnya. “Berhenti sebentar, Sharon,” ucap Marvel. Sharon pun mengambil posisi duduk meski masih menindih sang suami. Marvel melihat nama pemanggil, meskipun dia tak perlu melihatnya karena sudah tahu dari nada dering khusus itu. Lauren! Tak biasanya Lauren meneleponnya, mereka sangat jarang berbincang lewat telepon. Bahkan terkadang untuk urusan janji makan malam atau bertemu kerabat saja mereka melakukan janji temu yang dijadwalkan oleh asisten mereka. Hati Marvel terasa teremas, dengan sebuah rasa yang mencekam. Jika Lauren meneleponnya, itu berarti ada sesuatu yang penting. “Hmm?” jawab Marvel setelah menekan fitur penerimaan panggilan telepon, dia tak mendengar suara Lauren, hanya suara sirine ambulance di belakangnya. Mata marvel membesar, dia duduk dan menggeser Sharon—yang sejujurnya dengan gerakan agak kasar. “Kamu di mana?” tanya Marvel. “Mas ...,” rengek Lauren, “aku terjatuh di tangga dan sekarang dalam perjalanan ke rumah sakit ... maaf kalau aku mengganggu, tapi bisakah kamu menjadi waliku hanya untuk tanda tangan pengobatan,” ucap Lauren. “Oke. Aku segera ke sana, minta perawatan terbaik!” ujar Marvel. Sharon termangu menatap suaminya yang tampak panik, ekspresi baru yang tak pernah dilihat sebelumnya. “P-pak?” ujar Sharon setengah bertanya. Marvel turun dari ranjang dan menuju lemari untuk mencari pakaiannya. Sharon memegang bahu Marvel. “Ada apa?” tanya Sharon. “Istri saya hmmm maksudnya Lauren, jatuh dari tangga dan dibawa ambulance. Saya harus ke rumah sakit sekarang!” “Oh,” ujar Sharon seraya menarik tangannya dari bahu Marvel, “apa sangat parah?” tanyanya sambil menggigit kuku tangannya. “Belum tahu, kamu tidurlah, saya enggak kembali ke sini,” ujar Marvel mengganti piyama dengan kemejanya. Sharon hanya terdiam memperhatikan Marvel yang sangat tergesa mengganti pakaian. Seperti hanya dalam waktu sekejap saja, pria itu telah pergi. Dan ketika terdengar suara pintu ditutup, saat itu Sharon merasakan perasaan yang sangat aneh. Dia merasa ada lubang besar di hatinya, dia menoleh menatap cermin besar di kamar itu. Bukankah dia terlihat sangat menyedihkan saat ini? Dan dia tahu hari-harinya mungkin akan sering mengalami hal yang seperti ini, menjadi yang kedua bukanlah hal yang menyenangkannya setiap waktu. *** Marvel mengemudi dengan kecepatan tinggi setelah Lauren mengirim pesan tentang nama rumah sakit yang dituju. Dia segera menuju UGD dan mendapati istrinya yang terbaring, asistennya berada di sampingnya. Dokter baru saja selesai menanganinya. “Bagaimana keadaan istri saya?” tanya Marvel. “Kakinya terkilir, syukurlah pasien bisa menahan saat jatuh sehingga tulang kakinya tidak retak, hanya saja untuk sementara tidak bisa beraktifitas normal,” ucap dokter itu. Marvel menghela napas lega lalu menoleh ke asisten istrinya. Sandra. “Kamu bagaimana sih? Kenapa ibu dibiarkan jatuh?” tanya Marvel. Sandra menunduk takut, dia melirik Lauren yang juga memberikan tatapan tajamnya. “M-maaf pak, saya ceroboh,” ujar Sandra. Di belakang punggung Marvel, Lauren tersenyum miring, lalu ketika Marvel menoleh ke arahnya wanita itu kembali berpura kesakitan. “Kamu mau pulang atau rawat inap?” tanya Marvel dengan nada suara yang jauh lebih lembut dibanding saat menegur Sandra. “Pulang saja, aku lebih nyaman di rumah,” jawab Lauren. “Ya, aku isi dokumen kepulangan dulu,” ucap Marvel. Sepeninggalnya, Lauren tersenyum kian lebar dan menggeleng geli. “Pria itu masih bodoh seperti biasanya,” bisiknya pada Sandra yang hanya mengangguk pelan. Sandra sangat tahu apa yang dilakukan atasannya ini. Satu jam yang lalu. Dengan mata-mata yang dikirim di sekitar Marvel, Lauren tahu bahwa malam ini Marvel tidak pulang ke rumah melainkan ke apartmennya. Sebenarnya sudah biasa Marvel pulang ke apartmen, namun kali ini ada wanita lain di sana. Lauren tidak cemburu! Dia pastikan bahwa dia tak pernah memiliki perasaan khusus pada Marvel selain perasaan pada rekan kerja saja—menurutnya pernikahan hanyalah dokumen di atas kertas yang menyangkut kerja sama antara dirinya dan Marvel. Namun kala itu dia memiliki kewajiban untuk mempunyai anak, itu sebabnya dia melakukan hubungan sebulan sekali dan setelah sepuluh tahun menikah tak juga ada benih Marvel yang tertinggal di sana. Saat ini, dia merasa marah dan kesal karena Marvel mempermalukan dirinya dengan membawa istri barunya itu! Bukankah seharusnya posisi wanita itu hanya sebagai penghuni rumah, yang didatangi ketika dia ingin bercinta? Bukan menjadi seorang yang menemaninya di setiap waktu! Seharusnya posisi wanita penghibur itu tetap bersembunyi di sudut kamar dan menawarkan tubuhnya kapan saja saat tuannya mau? Dia telah melampaui batas dan Lauren tak pernah suka dirinya dibandingkan. Apalagi terhadap orang yang kelasnya berada di bawahnya! Ketika sedang menuruni tangga rumah, Lauren tampak berpikir, lalu ide gila terlintas, dua tangga lagi akan mencapai lantai satu, dia sengaja menjatuhkan dirinya dengan menekuk kakinya. Sandra yang ada di sekitarnya sangat terkejut dan membantu membangunkan Lauren, namun Lauren menepis tangannya dengan kasar. “Panggil ambulance!!” jeritnya. “T-tapi Bu?” ujar Sandra karena tak melihat tanda kegawat daruratan. “Kalau saya bilang panggil ya panggil!” geram Lauren hingga Sandra kemudian menelepon ambulance. Lauren tetap pada tempatnya sampai staff medis datang dan memapahnya naik ke tandu dan membawanya dengan ambulance. Dan di sinilah dia berada, melihat bosnya yang sangat pandai berakting. Sandra adalah asisten pribadi Lauren sekaligus asisten di perusahaannya, meskipun saat di kantor ada sekretaris Lauren yang lain yang membantu pekerjaannya. Namun selama dua puluh empat jam Sandra berada di dekatnya, membereskan semua masalahnya, menutupi semua kebobrokannya. Dia bahkan memiliki kamar khusus di rumah Lauren dan Marvel itu. “Ayo pulang,” ujar Marvel sambil mendorong kursi roda, dia menggendong Lauren untuk menaiki kursi roda itu. Lauren bisa menghirup aroma sabun aftershave dari tubuh Marvel, sepertinya karena terlalu terburu, pria itu tak memakai parfumnya dan itu membuat Lauren senang, merasa bahwa dirinya masihlah prioritas bagi Marvel Sinathrya. Kini sandra yang mendorong kursi roda itu menuju mobil Marvel yang terparkir di depan rumah sakit. Sampai di dekat mobil, Marvel mengangkat tubuh istrinya dan mendudukkannya di samping kursi kemudi. Sandra duduk di belakang dalam diam. “Jangan melakukan pekerjaan berat dulu,” ucap Marvel ketika mobilnya melaju membelah jalanan. “Antar aku sampai rumah saja, setelah itu kamu bisa kembali pada istri mudamu,” ucap Lauren dengan suara tertahan. “Aku akan berada di rumah,” ucap Marvel sambil menatap jalanan lengang di hadapannya. Gairahnya langsung menurun ketika mendengar kabar bahwa Lauren dibawa ambulance menuju rumah sakit. Meski kecelakaannya tidak parah, namun dia merasa sangat khawatir bahkan sampai sekarang. “Kamu harusnya masih berbulan madu romantis dengannya, Kan?” tanya Lauren. Sandra memutar bola matanya malas dan membuang pandangan ke arah jalanan di sampingnya. “Enggak apa-apa. Biar bagaimana pun kamu istri pertamaku yang harusnya mendapat prioritas dariku,” balas Marvel. Lauren tersenyum lembut dan memegang tangan Marvel, hal yang amat sangat jarang dia lakukan. “Terima kasih ya, Mas. Saat seperti ini aku tahu hanya kamu yang dapat aku andalkan,” ucap Lauren. Marvel melirik tangannya yang dipegang istrinya, “jadi kamu akan putus dengan pacar kamu?” tanyanya. Lauren menarik tangan itu dan menggeleng. “Aku mencintainya,” ucap Lauren pelan. “Aku pikir kamu enggak pernah bisa punya rasa cinta,” sindir Marvel. Lauren meringis dan memegangi kakinya. “Ada apa? Kenapa? Kita kembali ke rumah sakit ya?” ujar Marvel. Lauren menggeleng. “Hanya enggak sengaja geser kaki tadi,” jawab Lauren. Marvel menghela napas panjang. “Jangan banyak bergerak dulu, untuk sementara aku akan jadi kaki kamu,” ucap Marvel tulus yang membuat Lauren tersenyum sangat lebar. Apakah sangat mudah membuat pria takluk? Dia bahkan membuat Marvel sangat takluk padanya. Dan dia sangat menyukai permainan ini! ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN