Selamat membaca!
Suasana kala itu menegang, hanya terdengar suara isak tangis wanita malang yang selalu dikecewakan oleh cinta, berakhir menyakitkan dan menyisakan luka yang membekas di hati.
Sementara Rio gugup bukan main, lidahnya terasa kelu untuk mengatakan sesuatu. Semuanya sudah terlanjur diketahui oleh Alissa, meski sudah sepintar apa pun ia menyembunyikan perselingkuhannya dengan Elvia.
Sedangkan Elvia kini senang bukan kepalang, akhirnya wanita yang sengaja ia pancing untuk datang dan menyaksikan langsung hubungannya bersama Rio berhasil tiba dan memakan umpan yang dilemparkannya, tanpa menolak sedikit pun. Itu artinya ia bisa segera memiliki Rio seutuhnya, tidak perlu menunggu sampai kapan sang kekasih menemukan waktu yang tepat untuk memutuskan hubungannya dengan Alissa.
Tubuh Rio yang semula kaku tak dapat digerakkan selama beberapa saat, kini akhirnya berhasil duduk bersimpuh di hadapan Alissa yang tampak hancur, sehancur-hancurnya. Pria itu segera menangkup kedua lengan Alissa dengan kuat agar genggamannya tak dilepaskan oleh wanita itu yang memberontak ketika disentuh.
"Alissa, please… Beri aku satu kesempatan untuk menjelaskan semuanya sama kamu. Aku benar-benar minta maaf, Al."
Kedua mata Alissa menatap tajam wajah pria yang dengan mudahnya mengatakan maaf setelah mengkhianatinya tanpa perasaan.
"Apa kamu bilang, maaf? Maaf untuk apa, hah? Maaf karena aku sudah mengetahui perselingkuhan kamu dengan wanita yang tidak punya harga diri itu?!" teriak Alissa, mengeluarkan seluruh tenaganya untuk meluapkan rasa sakit hatinya pada Rio.
"Al, aku tahu, aku salah. Tidak seharusnya aku melakukan ini di belakangmu. Aku benar-benar khilaf." Rio berusaha membela diri atas kesalahan terbesarnya.
Alissa segera menyibakkan kedua lengannya, melepaskan genggaman Rio karena ia tak ingin kulitnya disentuh oleh pria b******n seperti Rio.
"Apa salah aku, Yo? Selama ini aku tidak pernah minta apa pun dari kamu, selama ini juga aku selalu nurut seperti apa yang kamu bilang. Kamu minta aku sabar kan, kamu minta aku mengerti tentang semua kesibukanmu, paham dengan jadwal pekerjaan kamu, juga tidak menghubungimu saat berada di kantor, aku sudah mengikuti semua itu. Tapi kenapa kamu harus melakukan ini di belakangku? Kenapa kamu tega, Yo?" Alissa terus mengungkapkan kesedihan dan kekecewaannya seraya menghajar d**a bidang pria itu yang tak mengenakan sehelai pakaian.
Rio tertunduk lesu, ia mengerti bagaimana terlukanya Alissa karena perbuatannya.
"Aku memang salah, Al. Aku memang bodoh. Tidak seharusnya aku mengkhianati kamu yang sudah banyak berjuang dan selalu sabar selama menjalin hubungan denganku. Tapi, entah kenapa aku merasa hubungan kita hambar karena kamu selalu menolak saat akan kusentuh," batin Rio yang tak kuasa mengatakan semua itu secara langsung. Untuk saat ini, ia hanya mampu diam, menerima semua perkataan dan keputusan yang akan Alissa katakan.
"Harusnya kalau kamu sudah enggak cinta sama aku, kamu sudah bosan dengan hubungan ini, kamu bisa bilang dan selesaikan semuanya baik-baik baru kamu tidur dengan wanita lain. Kalau memang kamu enggak serius dengan hubungan kita, terus kenapa kamu menjanjikan banyak hal padaku? Kenapa, Yo?"
Rio tetap bergeming tanpa kata, kini terlihat bulir-bulir bening mulai jatuh setetes demi setetes dari sudut matanya. Hal itu semakin membuat Alissa kesal karena perkataannya tak mendapatkan jawaban apa pun, seakan semua percuma.
"Aku benar-benar enggak nyangka ternyata kamu sama saja brengseknya dengan mantan-mantanku dulu! Kamu benar-benar sialan, Yo! Aku nyesel percaya sama kamu selama ini!!" Alissa semakin tak dapat menahan emosinya yang semakin memuncak. Ia terus meluapkan rasa kesalnya di hadapan Rio dengan tatapan penuh kebencian.
"Kamu dengar ya, Rio Aksara, mulai detik ini kamu bebas melakukan apa pun dengan wanita lain di luar sana. Mulai detik ini juga kamu bukan siapa-siapa aku lagi. Aku minta sama kamu batalkan semua persiapan pernikahan kita secepatnya, dan tolong katakan pada ibumu jangan pernah untuk menemuiku lagi atau bahkan datang ke rumah untuk membanggakan anaknya yang kotor sepertimu! Aku benci sama kamu!" ucap Alissa dengan lantang dan penuh keyakinan.
Walau ini semua terasa berat untuk Alissa, tapi baginya tidak ada kata maaf untuk sebuah perselingkuhan. Ia akan mengubur rasa cintanya yang begitu dalam pada Rio, pergi jauh dan melupakan semua kenangan antara mereka berdua.
"Al, tolong jangan ambil keputusan secepat ini. Tolong pikirkan nama baik keluargaku kalau kita sampai batal menikah. Apa yang harus aku katakan pada semua orang? Please, berikan aku kesempatan untuk memperbaiki semuanya. Aku akan memutuskan Elvia. Tolong perjuangkan hubungan kita, Al." Rio kembali meraih tangan Alissa dan menggenggamnya dengan erat, seolah tak ingin kehilangan.
Mendengar apa yang Rio katakan, membuat Elvia tersulut amarah karena ternyata Rio lebih memilih Alissa ketimbang dirinya yang selama beberapa bulan ini selalu memuaskan hasratnya di atas ranjang. Elvia berdecak kesal karena apa yang Rio katakan tentang mencari waktu pas untuk memutuskan Alissa hanyalah sandiwara karena ternyata pria itu tetap akan melangsungkan pernikahan dengan Alissa di penghujung tahun 2021 ini.
"Sialan, ternyata Rio cuma mau main-main sama aku!" batin Elvia dengan darah yang berdesir cepat.
"Rio, kamu enggak bisa putusin aku gitu aja ya. Aku sudah memberikan semua yang kamu minta, termasuk melayani hasratmu setiap kita bertemu. Buktikan perkataanmu yang katanya mau memutuskan Alissa karena kamu sudah tidak mencintainya lagi!" ucap Elvia dengan lantang, menuntut janji-janji yang selama ini Rio katakan. Sebab perkataannya barusan membuat Rio dan Alissa menoleh ke arahnya.
Dengan sekali gerakan Alissa melepaskan tangannya kembali, ia langsung bangkit dari posisinya yang begitu rendah, kemudian melangkah mendekat ke arah ranjang yang ditempati oleh Elvia.
Setibanya di tepi ranjang, tiba-tiba saja Alissa mendaratkan sebuah tamparan keras tepat di permukaan wajah Elvia yang baginya terlihat sangat menjijikkan.
"Itu tamparan yang pantas untuk kamu supaya kamu sadar dengan apa yang kamu lakukan selama ini dengan calon suami wanita lain. Aku kasih tahu sama kamu ya, setiap perbuatan akan ada balasannya, apalagi kamu telah merusak hubunganku dengan Rio yang hampir menikah. Tapi sepertinya aku harus mengucapkan terima kasih padamu. Makasih karena kehadiranmu sebagai w*************a dan sikapmu yang murahan, membuat aku sadar untuk segera melepaskan seseorang yang buruk sebelum kami terlanjur menikah," ucap Alissa dengan begitu beraninya menampar Elvia dan mengatakan itu semua secara lantang.
Elvia semakin terpancing emosi, ia melilitkan selimut untuk menutupi tubuhnya yang polos tanpa sehelai benang pun yang menempel. Wanita itu berniat untuk membalas perbuatan Alissa, bahkan kini ia telah mengangkat tangannya ke udara, bersiap untuk menampar balik Alissa. Namun sayang, rencananya langsung dipatahkan oleh Rio yang seketika menahan pergelangan tangannya.
"Jangan menyakitinya, El!" cegah Rio yang entah mengapa lebih membela Alissa yang telah memutuskan hubungan dengannya.
"Kenapa kamu malah membela dia, Rio? Dia sudah dengan lancang berani menampar aku!" protes Elvia dengan amarah yang membara.
"Karena aku tidak ingin melihat Alissa terluka," jawab Rio seraya mengurai cengkeramannya dari pergelangan tangan Elvia yang seketika mendengus kesal.
"Rio, tolong jangan main-main sama aku ya. Jelas-jelas saat menjalin hubungan denganku kamu bilang akan segera memutuskannya. Kenapa sekarang kamu malah melindunginya? Pokoknya kamu dengar ya, sampai kapanpun aku enggak mau kita putus!" bantah Elvia dengan penuh penekanan. Ia menolak membiarkan Rio mengakhiri hubungan dengannya, sedangkan Elvia sudah menggantungkan banyak harapan pada pria kaya yang dipacarinya selama tiga bulan terakhir ini.
Alissa tertawa kecil seraya mengusap sisa-sisa air mata di kedua pipinya. Ia menatap wajah Rio untuk yang terakhir kalinya sebelum memutuskan untuk pergi.
"Terus apa bedanya dengan kamu? Kamu pikir dengan kamu selingkuh sama wanita itu tidak menyakiti aku? Sakit, Rio. Rasanya sakit banget. Kamu tidak hanya menyakiti hatiku, tapi kamu juga sudah menghancurkan impianku, kamu hancurkan hidup dan masa depanku."
"Al, sumpah aku khilaf. Tolong maafin aku ya, sayang. Aku janji akan berubah dan tidak akan mengulangi kesalahan yang sama. Detik ini juga aku akan memutuskan hubunganku dengan Elvia." Rio rela bersimpuh di hadapan Alissa, ia memeluk sebelah kaki Alissa untuk memohon maaf.
Ketika Alissa merasa lelah menangis, tetapi air mata kembali terjatuh dan tak ingin berhenti walau ia sudah menghapusnya berulang kali. Terlebih kini Rio menunjukkan penyesalannya karena sebuah khilaf terdalam, membuat hati Alissa semakin tersayat sembilu karena semuanya terlambat untuk diperjuangkan. Bahkan saat ini masa depan Alissa sudah berada di tangan pria kaya raya yang ditemui di rumah sakit dan pria itulah yang telah membiayai pengobatan ibunya di rumah sakit. Maka dari itu, Alissa merasa masa depannya gelap karena ia harus menikah dengan pria dingin yang selalu tajam saat menatapnya.
"Semuanya sudah terlambat, Rio. Ini semua karena kamu tidak pernah ada di saat aku membutuhkanmu. Apa kamu tahu, gara-gara tadi kamu pergi mandi sebelum berhubungan dengan Elvia dan panggilanku dijawab oleh wanita simpananmu itu, aku hampir saja kehilangan mama yang kondisinya drop dan membutuhkan pertolongan secepatnya," ucap Alissa begitu lirih, mengingat kejadian beberapa jam lalu hingga akhirnya ia memutuskan untuk menggadaikan hidupnya pada Rafka Wijaya.
"Mama Andin kenapa, Al? Apa kamu butuh biaya untuk pengobatan mama? Aku ada Al, ayo kita ke rumah sakit sekarang ya. Aku akan membayar semua pengobatan mama sampai keluar dari rumah sakit." Dengan begitu antusiasnya, Rio memanfaatkan kesempatan itu, walau di sisi lain ia merasa kaget sekaligus kesal setelah tahu bahwa Alissa bisa mengetahui keberadaannya karena Elvia.
"Terlambat, Yo, sudah ada orang lain yang membiayai semuanya. Cukup ya, hubungan kita sudah berakhir. Aku harap, takdir tidak akan pernah mempertemukan kita kembali di mana pun dan kapanpun." Alissa terpaksa menyentuh kedua tangan Rio untuk melepaskan pelukan itu dari kakinya, agar ia dapat keluar dari ruangan yang pastinya akan menyisakan kenangan pahit dalam hidupnya.
"Al, tolong jangan pergi, sayang. Aku masih sangat mencintaimu. Aku bersama Elvia hanya pelampiasan saja," teriak Rio dengan suara lantang untuk mencegah kepergian Alissa, tanpa memedulikan perasaan Elvia yang jelas-jelas masih berada di sana.
Alissa dapat mendengar cukup jelas perkataan pria yang masih dicintainya itu walau sudah sangat melukai hatinya, tetapi wanita itu tetap melangkah pergi meninggalkan kamar hotel tempat kekasih dan selingkuhannya menjalin hubungan terlarang di sana.
"Kamu bohong Rio, kamu tidak benar-benar mencintaiku, kalaupun itu memang benar seharusnya kamu tidak akan tergoda dengan Elvia. Harusnya kamu tetap setia dan menepati janjimu untuk menikahiku tanpa melibatkan orang ketiga dalam hubungan kita. Kamu jahat Rio, kamu jahat!!" teriak Alissa di kedalaman hatinya yang dibalut luka dan kekecewaan. Kedua kakinya terus mempercepat langkahnya untuk pergi meninggalkan gedung hotel mewah tersebut dengan berurai air mata.
Sementara Rio yang tidak rela hubungannya berakhir dengan Alissa, ia segera mengenakan pakaiannya agar dapat menghentikan kepergian Alissa. Ia akan melakukan segala cara agar wanita itu tidak membatalkan pernikahan mereka yang tinggal beberapa bulan lagi. Rio tidak ingin dicoret dari hak ahli waris jika kedua orang tuanya tahu bahwa dirinya bermain api di belakang calon istrinya sendiri.
"Rio, kamu mau ke mana? Kamu nggak bisa ninggalin aku gitu aja, Rio!" tanya Elvia yang panik melihat Rio terburu-buru mengenakan kemeja dan celana jeans-nya.
"Apanya yang nggak bisa? Jelas-jelas hubunganku sama Alissa berantakan gara-gara kamu. Aku nggak nyangka ya kenapa kamu bisa berpikir sepicik itu dengan mengundang Alissa agar datang ke sini untuk melihat perselingkuhanku sama kamu! Pasti kamu nggak tahu kan, kalau Alissa itu wanita istimewa di mata keluarga aku, jadi sekarang aku berubah pikiran untuk tidak melepaskan dia, aku juga nggak yakin sih keluargaku akan menerima kamu sebagai istriku. Sekarang aku memutuskan, mulai detik ini kita putus!" ucap Rio dengan penuh keyakinan dan tanpa berpikir dua kali.
Rio sudah terlanjur kecewa atas keputusan Elvia yang gegabah tanpa sepengetahuannya. Hingga ia yakin untuk segera mengakhiri hubungannya dengan wanita itu yang hanya akan menimbulkan dampak buruk jika sampai keluarganya mengetahui alasan mengapa Alissa membatalkan pernikahan mereka yang sudah dibicarakan sejak lama dan dipersiapkan matang-matang.
Elvia pun segera bangkit dari atas ranjang, lalu ia memeluk erat tubuh sang kekasih dari arah belakang. Wanita itu menangis dan berusaha untuk menahan kepergian Rio.
"Sayang, tolong jangan tinggalkan aku. Kamu sendiri kan yang bilang, kalau kamu sudah tidak mencintai Alissa lagi makanya aku berani mengambil keputusan seperti ini, supaya kamu enggak bingung lagi mencari cara untuk memutuskan hubungan kalian. Lagian apa untungnya kamu tetap pacaran sama Alissa, dia saja tidak pernah bisa memberikan kamu kepuasan, seperti apa yang aku kasih ke kamu."
"Tapi sejak kehadiran Alissa dalam hidupku, dia bisa memberikan dampak yang baik untuk perubahanku sampai aku bisa mendapatkan apa pun yang aku inginkan. Bahkan karena dia juga, papa mau memberikan aku jabatan tertinggi di perusahaan, sampai aku dijadikan sebagai pewaris tunggal kekayaan keluarga Aksara."
Penjelasan Rio cukup mengejutkan bagi Elvia, ia tak mengetahui bahwa kecerobohannya akan membuat sang kekasih kehilangan hak waris dan fasilitas yang dimilikinya saat ini. Elvia hanya memikirkan kesenangannya semata tanpa berpikir akan dampak yang ada.
"Sa--sayang, maaf… Aku tidak tahu bahwa semuanya akan jadi seperti ini. Aku menyesal. Maafin aku ya, sayang."
Namun, permintaan maaf Elvia tak disambut baik oleh Rio yang tengah dirundung rasa cemas dan gelisah setelah perselingkuhannya diketahui oleh Alissa. Rio pun segera mengurai kedua lengan Elvia yang melingkar di tubuhnya.
"Tidak ada kata maaf atas kesalahan yang kamu perbuat, El." Setelah mengatakan semua itu, Rio pun melangkah pergi dan mengambil kunci mobil serta dompetnya di atas nakas.
"Rio, tolong jangan seperti ini. Kita bisa selesaikan masalah ini baik-baik tanpa harus mengakhiri hubungan kita!" teriak Elvia mengeluarkan seluruh tenaganya.
Namun sayang, teriakan Elvia tidak digubris sama sekali oleh Rio yang terus melangkah pergi meninggalkannya, hingga punggung tegap pria itu menghilang dari pelupuk mata kekasih gelapnya.
Sementara Rafka yang sejak tadi bersembunyi di balik tembok samping kamar Rio dan Elvia dapat mendengar semua perbincangan antara cinta segitiga yang terjalin. Beruntungnya saat pertama kali kedatangan Alissa ke kamar itu, pintu kamar tersebut dibiarkan terbuka hingga saat ini. Akan tetapi Rafka tenggelam dalam kesalahpahaman ketika mendengar percakapan antara Rio dan Alissa.
"Ternyata Alissa sama saja seperti wanita kebanyakan di luar sana. Dia tidak bisa menjaga dirinya sebelum menikah. Delapan tahun silam aku sangat beruntung menikah dengan wanita yang tepat. Wanita yang bisa menjaga harga dirinya sebagai seorang wanita. Sekarang aku terpaksa harus menikahi wanita yang sudah ternoda demi Bintang, tapi aku berjanji tidak akan pernah mau menyentuhnya, bahkan sampai hari perpisahan itu terjadi!" batin Rafka yang kecewa mengetahui semua ini.
Sebenarnya sebelum semuanya terbongkar tentang apa tujuan Alissa datang ke hotel tersebut, ada sedikit decak kagum dalam hati Rafka pada sosok wanita yang akan dinikahinya secara siri dalam waktu dekat. Sikapnya yang berbeda ketika menolak pemberian dari Rafka, hal itu cukup membuat pria yang sudah menduda itu kagum, bahkan sempat beberapa kali merasakan getaran di hatinya.
"Pantas saja dia sampai bersedih sedalam itu saat datang ke hotel ini, ternyata dia menangis karena kekasih yang telah menidurinya malah tidur juga dengan wanita lain. Dasar anak muda, tidak bisa menahan diri sampai halal, kalau sudah begini kan rugi sendiri." Rafka berdecak kesal sambil menggelengkan kepala. Lalu pria itu melangkahkan kakinya keluar dari persembunyian untuk kembali ke rumah sakit dengan rasa cukup puas karena berhasil menjawab rasa penasarannya tentang siapa sosok Alissa.
Bersambung...