Bab 19

1339 Kata
Selamat membaca! Dokter Faiz menyampaikan pada Rafka dan Nadia bahwa kini kondisi Bintang baik-baik saja, beberapa luka dan memar di beberapa bagian tubuh akan segera membaik dalam waktu dekat, tidak ada luka serius yang membahayakan Bintang, gadis kecil itu tidak sadarkan diri karena syok mengalami kecelakaan kecil yang menimpa dirinya. Bahkan saat ini Bintang sudah membuka kedua matanya dan memanggil nama bundanya. "Kamu lihat, Raf, apa dampak dari membayar wanita asing untuk menjadi Aura menggantikan posisinya di rumah ini. Kamu dengarkan aku ya, Raf, nggak akan pernah ada satu orang pun di dunia ini yang bisa menjadi ibu yang baik selain ibu kandungnya sendiri. It's okay Bintang saat ini baik-baik saja, bagaimana kalau hal ini akan kembali terjadi entah itu besok atau lusa. Apa kamu mau nyawa Bintang terancam karena diasuh oleh wanita itu?" ucap Nadia yang begitu kesal atas apa yang menimpa anak dari sahabatnya, ia berbicara seperti itu dengan berbisik pada Rafka yang memasang raut penuh amarah. "Tapi aku tidak punya pilihan lain, Nad, semuanya sudah terlanjur. Alissa harus tetap menjalani perannya sebagai Aura sampai Bintang bisa kembali melihat. Aku akan terus memperingati Alissa untuk menjaga Bintang lebih baik lagi dan akan memberinya hukuman yang setimpal jika hal seperti ini terulang kembali," jawab Rafka penuh kebimbangan karena semua yang ada saat ini tak bisa ditarik paksa, bahkan Bintang sudah terlanjur nyaman menganggap Alissa sebagai bundanya sendiri. "Kamu yakin dengan ini semua?" tanya Nadia yang begitu ragu. "Ya, apa boleh buat!" Rafka mengedikan bahunya karena ia sendiri pun tidak yakin. Jauh di lubuk hatinya yang terdalam, Rafka menjadi sangat khawatir mempercayakan Bintang diasuh oleh Alissa yang kini terbukti lalai, ia takut hal ini akan kembali terjadi seperti yang diucapkan oleh Nadia. Akan tetapi, ia tak mampu berbuat apa-apa, Rafka tidak memiliki kesempatan untuk membatalkan kesepakatan bersama Alissa sampai Bintang berhasil mendapatkan pendonor yang cocok dan tidak membutuhkan Alissa lagi. Setelah Dokter Faiz selesai melakukan pemeriksaan, ia pun pergi meninggalkan kamar. Nadia bergegas melangkah mendekat ke arah ranjang, duduk di dekat Bintang yang tengah menyandarkan tubuhnya di sandaran ranjang. Sementara Rafka memilih ikut keluar kamar, ingin berbincang di luar bersama Dokter Faiz, sebelum pria itu kembali ke rumah sakit. "Sayang, bagaimana lukamu? Apa masih ada yang sakit?" tanya Nadia dengan suaranya yang lemah lembut, seraya mengusap punggung tangan gadis kecil itu yang juga terdapat memar di sana. "Masih Aunty, tapi cuma perih sedikit sih. Oh ya, bundaku ke mana sih, Aunty? Kok enggak ada di sini?" tanya Bintang yang merasa tidak nyaman jauh dari sang ibu di saat suasana seperti ini. "Bunda lagi istirahat, jadi Bintang main sama Aunty dulu ya. Mainnya di sini aja tapi, karena Bintang masih perlu istirahat." Nadia terlihat begitu menyayangi Bintang dengan tulus, tampak dari sikap dan tutur katanya yang lembut penuh kasih. Bintang menghela napas lega setelah mendengar sang ibu tengah beristirahat, dan ia tidak ingin mengganggunya. "Oke, Aunty. Aku main sama Aunty aja di sini. Aku nggak mau ganggu bunda yang lagi istirahat." Tak lama kemudian, Rafka kembali masuk ke dalam kamar sang putri setelah selesai berbincang bersama Dokter Faiz. Ia masuk dengan mengembangkan seulas senyuman lega, walau masih terlihat sorot matanya diselimuti raut kecemasan. "Bintang, apa masih ada yang sakit, Nak?" tanya Rafka seraya melangkah menghampiri Bintang yang berada di dekat Nadia. Lalu ia duduk, menempati salah satu kursi yang terletak di samping ranjang. Bintang menggelengkan kepala. "Nggak kok, Ayah. Maafin Bintang ya, Yah, sudah buat Ayah repot sampai pulang ke rumah padahal lagi sibuk kerja," ucap gadis kecil itu dengan rasa bersalahnya seraya mengerucutkan bibir mungilnya. "Tidak apa-apa, Bintang. Ayah khawatir banget begitu dengar kamu ditabrak oleh pengendara sepeda. Ayah sudah suruh security dan semua anak buah Ayah untuk mencari tahu siapa pemilik sepeda yang sudah menabrak kamu itu ya, setelah bertemu nanti kamu boleh memberinya hukuman." "Jangan Ayah, aku nggak mau menghukum siapa-siapa karena ini semua salahku. Aku yang minta sama Bi Naura buat temenin aku main di luar, padahal bunda udah bilang, aku hanya boleh main di taman aja, tapi aku bandel gak dengerin omongan bunda akhirnya jadi seperti ini." Bintang menolak dengan halus, mengingat kembali tentang apa yang terjadi. "Kamu tidak salah, Bintang, ini semua salah bunda yang sudah lalai menjagamu. Seharusnya dengan kondisi kamu yang seperti ini, dia harus lebih intens menjagamu, bukan malah menitipkanmu pada Bi Naura sampai kamu mengalami ini semua. Maaf ya, Nak, Ayah sudah memberitahu bundamu untuk lebih fokus menjagamu," ucap Rafka dengan begitu percaya dirinya bahwa semua ini adalah pure salah Alissa. Bintang yang mendengar ucapan Ayahnya barusan, menjadi sangat khawatir pada sang ibu yang sudah menjadi sasaran empuk atas kemarahan Rafka karena kejadian ini. "Ini juga bukan salah bunda, Ayah. Aku yang minta bunda untuk buatin Bintang apple pie yang pernah bunda buat waktu kita mau pergi liburan ke puncak. Sebenarnya bunda bilang biar chef aja yang buat, tapi aku tolak karena aku hanya mau makan apple pie buatan bunda. Walau bunda lupa resepnya, tapi bunda udah berusaha banget untuk membuatkannya demi aku. Jadi ini semua bukan salah bunda, Yah. Bunda nggak salah." Perkataan Bintang kali ini membuat Rafka tersentak, ia memang belum mengetahui apa alasan Alissa membiarkan Bintang dijaga oleh Naura, ternyata semua karena permintaan putrinya. Seketika rasa penyesalan atas umpatannya pada Alissa merayap naik, ia merasa bersalah karena tidak mendengar penjelasan Alissa akibat terlalu mengikuti nafsu amarahnya sendiri. "Ternyata semua ini bukan salah Lisa. Apa yang sudah aku katakan padanya tadi? Kenapa aku bisa sejahat ini melukai perasaannya di saat dia sudah berusaha melakukan yang terbaik untuk putriku?" batin Rafka penuh penyesalan di kedalaman hatinya. Kini yang ada dalam pikiran Rafka adalah, bagaimana kondisi Alissa saat ini setelah mendapatkan luapan amarah darinya. Di mana wanita itu sekarang? Apa yang harus Rafka lakukan untuk meminta maaf atas kesalahpahaman yang terjadi. Rafka benar-benar tampak gusar, itu semua terlihat dari guratan wajahnya. Bahkan embusan napasnya dapat terdengar jelas oleh Bintang, ia pun mengetahui bahwa sang Ayah kini tengah merasa gelisah. Sementara Nadia terlihat tidak suka melihat raut penyesalan yang terpancar dari kedua mata Rafka. Ia tidak suka melihat kecemasan itu dirasakan oleh pria yang kini berstatus sebagai duda setelah ditinggal oleh Aura. "Ayah, aku boleh minta tolong nggak? Aku mau ketemu bunda, Ayah ajak bunda ke sini ya. Aku mau minta maaf sama bunda karena Ayah pasti sudah marahin dan salahin bunda." Bintang memohon dengan kedua pelupuk matanya yang berkaca-kaca, dipenuhi bulir-bulir bening yang siap jatuh terurai. "Sayang, bundanya lagi istirahat, jadi biarin bunda istirahat dulu ya dan jangan diganggu. Bintang main di sini aja sama Aunty dan Ayah ya," bujuk Nadia yang berusaha membuat Bintang melupakan tentang Alissa agar gadis kecil itu tidak menganggap wanita itu adalah ibu kandungnya yang sebenarnya telah tiada. Bahkan Nadia nekat menyusun rencana untuk membongkar kebenaran yang ada agar Rafka tidak perlu bersandiwara lagi di hadapan Bintang tentang siapa Alissa yang sebenarnya. "Tapi aku mau ketemu bunda, Aunty. Aku tau pasti bunda lagi sedih dan menangis karena dimarahin sama Ayah. Ini semua bukan salah bunda, ini salah aku yang nakal dan gak mau nurutin perkataan orang tua." Pecah sudah tangisan Bintang yang telah tertahan cukup lama. Air mata Bintang jatuh bercucuran membasahi wajahnya, gadis kecil itu seakan memiliki insting yang kuat,bisa merasakan apa yang tengah dirasakan oleh Alissa saat ini. Melihat dan mendengar tangisan Bintang itu semakin membuat Rafka gusar, hingga pria itu bergegas bangkit dari posisi duduknya. "Ayah akan menemui bunda sekarang dan akan mengajaknya ke sini untuk bertemu kamu. Tapi Bintang jangan menangis lagi ya. Ayah nggak marahin bunda kok, Ayah malah suruh bunda istirahat di kamar karena mungkin bunda capek jagain Bintang seharian ini." Rafka terpaksa berbohong untuk menenangkan tangisan Bintang yang begitu memilukan hati. "Makasih Ayah udah nggak salah paham dan nggak marahin bunda, makasih juga Ayah udah sayang banget sama bunda. Aku tunggu di sini ya bareng Aunty Nadia." Seketika tangisan Bintang mereda setelah mendengar penuturan Rafka yang penuh dengan kebohongan. "Maafin Ayah, Nak. Lagi-lagi Ayah harus bohongin kamu. Maafin aku juga Lisa karena sudah melukai perasaanmu," batin Rafka penuh rasa bersalah, lalu melangkah pergi meninggalkan kamar sang putri setelah sempat mengusap lembut pucuk kepala Bintang sebelum beranjak pergi. Bersambung...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN