Selamat membaca!
Setibanya di rumah sakit, Alissa dan Rafka berjalan berdampingan menuju lift yang berada di sudut lobi, mereka akan menaiki lift menuju kamar rawat inap Bintang yang berada di lantai 12. Mereka terlihat seperti seorang bos yang ditemani sekretarisnya sejak pertama kali menginjakkan kaki bersama datang ke rumah sakit tersebut.
"Alissa, nanti kamu harus lanjut baca halaman berikutnya ya. Di sana ada beberapa nama teman dan guru yang dekat dengan Bintang di sekolah, jadi ketika sewaktu-waktu dia bertanya padamu, kamu bisa menjawab semuanya." Rafka kembali memperingati Alissa yang belum rampung membaca keseluruhan isi dalam map yang kini berada di dalam tas milik wanita itu.
"Baik, Mas. Aku pasti akan baca semuanya," jawab Alissa dengan patuh seraya menganggukan kepala, tanpa menghentikan langkah kakinya yang berusaha mengimbangi langkah Rafka di sampingnya.
Kini keduanya sudah berada di depan pintu lift, menunggu pintu terbuka yang akan mengantarkan mereka menuju lantai 12. Namun, siapa sangka begitu pintu lift terbuka Alissa dipertemukan kembali dengan sosok pria yang beberapa hari lalu telah mematahkan hati dan harapannya. Pria itu adalah Rio yang baru saja keluar dari dalam lift yang rencananya akan ditumpangi Alissa dan Rafka.
"Rio? Kenapa aku harus bertemu dengannya lagi sih?" batin Alissa yang merasa kesal harus dipertemukan dengan pria yang tidak ingin dilihatnya lagi di dunia ini.
Saat wanita itu hendak menghindar, akan tetapi kondisi lift saat itu kepenuhan kapasitas karena ada seorang pengunjung yang mengenakan kursi roda ditemani oleh beberapa orang yang mungkin keluarganya, akhirnya Alissa dan Rafka terpaksa mengalah, walau wanita itu harus mengumpat dalam hati karena matanya kembali menatap wajah menyebalkan itu lagi.
Rio menyunggingkan seulas senyuman bahagia karena dipertemukan kembali dengan Alissa di rumah sakit ini tanpa unsur kesengajaan. Melihat Alissa berada di depan pintu lift bersama seorang pria, membuat Rio mengerutkan alis dan bertanya-tanya dalam hati, terlebih baginya wajah pria yang bersama Alissa saat ini begitu familiar.
Sedangkan Rafka hanya memicingkan kedua matanya, membalas tatapan Rio yang menatapnya dari ujung rambut sampai ujung sepatu.
"Rasanya jengah sekali kalau aku harus melihat mereka berinteraksi!" batin Rafka menghela napas berat, lalu mengalihkan pandangannya, menatap Alissa yang tak ingin menoleh sedikitpun ke arah mantan kekasihnya. Pria itu sempat salut pada Alissa yang tak menunjukkan rasa senang karena bertemu dengan Rio di rumah sakit itu.
"Alissa, kamu ngapain ke rumah sakit? Kamu sakit ya?" tanya Rio cemas, seraya meraih sebelah tangan wanita itu, lalu menggenggam pergelangan tangannya dengan lembut.
"Nggak usah sentuh-sentuh aku! Mau ngapain aku di sini, itu bukan urusan kamu. Lebih baik kamu urusin tuh si Elvia!" bentak Alissa dengan ketus dan langsung melepaskan tangannya dari genggaman pria itu.
"Al, sumpah aku udah putus sama Elvia sejak hari itu. Dan sampai saat ini aku masih mengharapkan kamu kembali. Aku sampai jatuh sakit karena terus memikirkan kamu, Al. Kita balikan ya, please… kasih aku kesempatan kedua untuk memperbaiki semuanya dari awal."
Mendengar permohonan Rio yang bagaikan pengemis cinta membuat Rafka begitu muak, hingga ia menarik tangan Alissa dan menyeretnya sampai berubah posisi untuk menjauhkan wanita itu dari Rio.
"Kamu tuh bisa jaga diri nggak sih? Sudah tahu ada pria lain yang mendekatimu, bukannya menjauh, kamu malah diam saja!" ucap Rafka dengan ketus, memarahi Alissa yang menurutnya salah karena tidak mengantisipasi untuk menjaga diri agar permukaan kulitnya tidak disentuh oleh pria lain.
"Mas, ini bukan salah aku dong. Itu salah Rio yang mendekati aku duluan." Alissa coba membela diri, walau dengan bibir yang bergetar.
Sampai detik ini Rio menyangka bahwa Rafka adalah atasan Alissa, hingga ia kembali mendekati sang mantan kekasih yang masih sangat dicintainya.
"Al, aku mohon sekarang kamu ikut denganku ya. Kita harus bicara hal penting. Please, beri aku kesempatan untuk berbicara empat mata denganmu biar semuanya jelas." Lagi dan lagi Rio dengan berani menyentuh lengan Alissa di hadapan Rafka yang sudah murka, bahkan kali ini lebih erat daripada sebelumnya.
"Rio, lepas! Aku enggak mau bicara apa pun lagi sama kamu. Hubungan kita sudah selesai sejak satu Minggu yang lalu, jadi nggak ada yang perlu dijelasin lagi, Yo. Please, lepaskan aku dan jangan pernah menampakkan wajahmu lagi di depan mataku," pinta Alissa dengan suara yang bergetar dan kedua pelupuk mata tampak sudah berkaca-kaca.
"Al, aku nggak bisa melakukan itu semua karena aku masih sangat mencintai kamu. Sumpah Al, aku menyesal karena telah melakukan satu kesalahan yang buat hubungan kita hancur seperti ini. Aku masih cinta kamu, Al."
Tidak hanya Alissa yang merasakan sesak di dadanya, Rio pun begitu. Bahkan beberapa tetes air mata sudah berjatuhan membasahi kedua pipinya. Air mata penyesalan itu benar-benar menunjukkan betapa kehilangannya Rio setelah Alissa memutuskannya. Hingga pria itu kehilangan seluruh fasilitas yang pernah diberikan sang ayah padanya, sampai akhirnya semua itu dirampas karena kebenaran tentang alasan kandasnya hubungan Rio dan Alissa sudah terungkap, hal itu membuat ibu dan ayah Rio menyesal karena sudah mengatakan hal yang tidak-tidak di hari pemakaman Andin, ketika Alissa memberitahu keluarga Rio yang hadir pemakaman itu bahwa ia menyerah dan tak ingin melanjutkan lagi hubungannya bersama Rio.
Kini suasana di sudut lobi rumah sakit, tepatnya di depan lift, tampak beberapa pengunjung rumah sakit lainnya yang hendak menaiki lift memerhatikan perdebatan kecil antara Rafka, Alissa dan Rio. Perdebatan yang mereka pikir terlibat kasus cinta segitiga.
Walau malu menjadi bahan perhatian saat ini, tetapi Alissa berusaha memberanikan diri untuk mengatakan sesuatu terakhir kalinya pada Rio di hadapan umum dan disaksikan oleh Rafka.
"Kalau kamu sungguh-sungguh masih mencintai aku, please Yo, jauhin aku. Kalaupun takdir kembali mempertemukan kita karena sebuah ketidaksengajaan entah itu besok, lusa atau kapanpun itu, tolong jangan pernah mendekatiku lagi." Alissa mengatakan hal itu penuh dengan keyakinan demi menunjukkan pada Rafka jika dirinya bisa menjaga diri, tidak seperti yang dituduhkan oleh pria itu.
Rio tercengang mendengar permintaan Alissa, ia seakan tidak mampu berkata-kata dan menggerakkan lidahnya. Hingga wanita itu melepaskan genggamannya dengan perlahan, lalu melangkah pergi masuk ke dalam lift bersama Rafka yang terus menatap ke arah Alissa dengan sorot matanya yang tajam.
"Al, walau aku masih sangat mencintai kamu dan permintaan kamu tadi begitu sulit, tapi aku akan coba mewujudkan keinginanmu. Mungkin aku harus melakukannya, menuruti kemauan kamu yang terakhir kalinya sebelum aku pergi jauh dari kehidupanmu," gumam Rio di kedalaman hatinya, merintih pedih penuh penyesalan karena kesalahan yang pernah diperbuatnya tak akan pernah dapat diperbaiki.
Setelah pertemuan antara Rio dan Alissa terjadi di depan matanya, hal itu membuat Rafka memendam amarah di dalam diri. Raut wajahnya tak lagi datar, rahangnya mengeras, bahkan saat ini matanya menampilkan kilatan tajam ketika menatap wanita yang akan segera dinikahinya berdiri membelakanginya. Punggung wanita itu tampak bergetar, tanda ia berusaha menahan isak tangisnya agar tidak meluap. Sebab itulah mengapa Rafka tampak begitu kesal.
"Ini semua benar-benar memuakkan! Tidak seharusnya aku melibatkan wanita yang tidak mampu menjaga harga dirinya sebagai seorang wanita untuk menjadi ibu sementara demi Bintang. Anehnya lagi, Alissa masih menangisi pria yang jelas-jelas telah mengkhianatinya dan tidur dengan wanita lain setelah merenggut kesuciannya. Aku yakin, dia masih sangat mencintai pria tadi, bahkan tidak menutup kemungkinan suatu hari nanti mereka akan dipertemukan kembali dan kejadian ini akan terulang lagi, bisa-bisa Alissa menjadi ancaman besar dan dapat membuat image keluargaku menjadi buruk!" batin Rafka yang kini bimbang, antara berhenti atau tetap melanjutkan sandiwara ini, mengingat bagaimana sosok Alissa dalam pikirannya, sejak mengikuti wanita itu pergi ke hotel untuk memergoki Rio yang tengah berselingkuh dengan Elvia.
Bersambung...