Selamat membaca!
Sepeninggal kepergian Rafka, akhirnya Alissa berhasil membujuk Bintang untuk sarapan bersamanya tanpa kehadiran sang ayah, tentunya raut wajah Bintang tak bahagia karena menurutnya dengan menolak sarapan bersamanya, sikap sang ayah terkesan berbeda tidak seperti biasanya.
Selesai menghabiskan menu sarapan yang disuapi oleh Alissa, kini tampak Bintang bersama sang Bunda tengah berjemur di taman belakang rumah. Taman yang dekat dengan beberapa rumah tetangga lainnya.
Melihat keberadaan Bintang yang sudah cukup lama membuatnya menunggu kepulangan gadis cantik itu, membuat seorang anak laki-laki yang berusia 7 tahun berlari dari lantai dua rumahnya menuju taman rumah Bintang.
"Bintang…" teriak seorang anak laki-laki yang bernama Gala setelah berhasil keluar dari rumahnya.
Gala terus berlari menghampiri Bintang yang terduduk di kursi taman sembari memeluk boneka beruang berwarna putih pemberian dari sang bunda.
Bintang mendengar suara milik anak laki-laki yang tidak terasa asing di telinganya. Ya, suara itu adalah milik Gala yang sering gadis kecil itu dengar, kebetulan mereka bertetangga dan keduanya sekolah di tempat yang sama.
Sedangkan Alissa melihat seorang anak laki-laki menghampiri Bintang menjadi gugup, ia takut jika anak itu akan mengatakan bahwa dirinya bukanlah Aura, bunda dari Bintang yang telah tiada.
"Gala. Apa itu kamu? Aku tau itu suaramu 'kan, Gal?" tanya Bintang sembari mengayunkan kedua tangan dan mulai bangkit dari posisi duduknya, mencari keberadaan seseorang agar dapat digapai oleh tangan mungilnya.
Namun, sayang, ia tak berhasil menggapai siapa-siapa yang berada di dekatnya. "Gala… Bun, apa ada Gala di sini?" tanya gadis kecil itu dengan raut bingung.
Alissa langsung paham bahwa sosok anak lelaki itu adalah Gala yang sejak kemarin menjadi pembahasan hangat keduanya. Ia mencoba menahan Gala sebelum berbicara sepatah kata pun pada Bintang.
"Gala, aku minta tolong banget sama kamu, tolong jangan bilang sama Bintang kalau aku bukan bundanya ya," pinta Alissa dengan berbisik, lalu mengatupkan kedua telapak tangan, memasang raut memohon dengan sangat.
Gala mengangguk paham. "Iya, Tan, aku sudah dikasih tau sama Om Rafka. Aku janji gak akan bilang sama Bintang."
Jawaban itu seketika melegakan perasaan Alissa, ternyata sebelum berangkat kerja Rafka menyempatkan untuk mendatangi rumah Gala, bertemu dengan kedua orang tua anak lelaki itu dan memberitahu tentang kondisi Bintang, begitu juga tentang sandiwara yang tengah Rafka dan Alissa jalani.
Keluarga Gala sangat memahami dan menghargai keputusan Rafka yang pastinya sangat berat untuk diambil, melalui pemikiran panjang dan akhirnya terpaksa melakukan ini semua hanya demi Bintang.
"Syukurlah. Oke deh, kamu jangan sampai keceplosan ya, sayang." Alissa kembali membisikkan kata-kata itu dan langsung diangguki oleh Gala, tanda lelaki berusia 7 tahun itu mengerti.
"Siap, Tante cantik. Sekarang aku boleh 'kan samperin Bintang?" tanya Gala seraya berbisik.
Alissa pun segera menganggukkan kepala sembari mengacungkan kedua jempolnya. "Boleh. Hibur dia ya, biar dia nggak sedih dengan semua kenyataan ini."
Mendengar perkataan Bintang membuat kedua mata Gala berkaca-kaca seketika. Anak lelaki itu pun kembali melanjutkan langkah, menuju ke arah Bintang yang terus mencari keberadaannya.
Tak terduga, Gala langsung memeluk tubuh Bintang. Sosok gadis yang sering ia ledek selama ini, setiap keduanya saling bertemu, tetapi diam-diam Gala sangat merasakan kehilangan semenjak mendengar kabar buruk yang menimpa Bintang bersama Aura yang mengalami kecelakaan saat akan mengantarkan gadis kecil itu ke sekolah.
Bintang sangat terkejut dengan kejadian saat ini, ia tak menyangka tubuhnya akan dipeluk secara mendadak oleh anak lelaki yang sering meledeknya hingga membuatnya berakhir sakit hati dan akhirnya menangis.
"Gala, ih kenapa kamu peluk-peluk aku sih? Lepas gak!" Bintang yang merasa gengsi walau di dalam hati ia sangat bahagia merasakan pelukan itu, namun dengan cepat Bintang mendorong Gala agar melepaskannya hingga lelaki kecil itu mundur beberapa langkah dari posisinya.
"Bintang, maafin aku. Aku cuma kangen aja sama kamu. Sudah sebelas hari kita gak ketemu di rumah atau di sekolah. Gimana keadaan kamu sekarang, Bi, kamu udah gak sakit lagi 'kan?" tanya Gala sambil menghapus air mata kesedihan yang belakangan ini sering terjatuh karena Bintang.
"Aku baik kok, Gal. Aku udah bisa jalan makanya aku udah boleh pulang ke rumah. Tapi sekarang aku buta, jadi aku gak bisa lihat kamu, aku gak bisa main sendirian lagi tanpa Bunda, dan sepertinya aku juga gak akan sekolah dulu sampai aku bisa melihat lagi, Gal." Bintang menjawab pertanyaan Gala dengan jujur, kedua matanya tampak menunjukkan kesedihan yang mendalam atas kenyataan yang harus dijalaninya setelah mengalami kecelakaan nahas tersebut.
"Kamu yang sabar ya, Bi, aku yakin ayah kamu akan berhasil cari pendonor mata yang cocok untuk kamu. Aku akan temani kamu belajar di rumah selama kamu gak masuk sekolah. Aku akan selalu ada untuk kamu, Bi." Gala berucap dengan suaranya yang terdengar serak.
Sebenarnya Gala masih ingin memeluk Bintang lebih lama lagi agar teman yang sering dibuatnya jengkel tidak menampilkan raut kesedihan. Terlebih Gala tahu bahwa Bintang takut akan kegelapan, dan kini gadis itu harus mendapat ujian buta membuat pandangannya menjadi sangat gelap.
"Kok sekarang kamu jadi baik sama aku, Gal? Kamu pasti ada niat buruk sama aku ya atau kamu mau buat aku celaka karena sekarang aku buta?" tuduh Bintang yang merasa aneh atas sikap baik Gala, dengan lelaki itu menghampirinya di taman belakang rumah, itu sudah cukup aneh karena selama ini Gala tak pernah melakukan hal seperti yang saat ini terjadi.
Bahkan selama ini mereka tak pernah akur setiap kali bertemu, acap kali mereka berperang saling mengejek satu sama lain hingga berakhir keduanya saling membenci. Namun, entah mengapa rasa benci itu perlahan luntur dengan permasalahan yang ada saat ini, dan Gala adalah salah satu orang yang terpukul begitu mengetahui Bintang mengalami kecelakaan, lelaki itu sampai tak mau pergi ke sekolah, mengurung diri di kamar dan tidak pernah bermain keluar rumah seperti biasanya.
"Gak, Bi, aku baik sekarang bukan karena ada niat jahat sama kamu. Aku memang udah gak mau musuhan lagi sama kamu, aku mau kita baikan dan gak saling musuhan lagi. Aku ngerasa kehilangan selama kamu gak masuk sekolah, jadi aku mutusin untuk minta maaf atas semua salahku selama ini dan mau kita temenan mulai saat ini juga. Kami mau 'kan maafin aku, Bi?" Dengan penuh ketulusan Gala memberanikan diri untuk minta maaf pada musuh perempuannya selama beberapa tahun ini.
Tampak Bintang bersedekap, ia menyeringai tipis mendengar permintaan maaf sekaligus pertemanan dari mulut Gala yang merupakan musuhnya.
"Gimana ya, Gal? Aku masih ragu sama kamu sih. Kamu 'kan cowok paling nyebelin di hidupku, aku takut kamu cuma minta maaf pura-pura," ucap Bintang yang bisa-bisanya berkata seperti itu pada Gala, membuat Alissa yang memandang dari kejauhan terkekeh lucu melihat tingkah putri sambungnya yang sangat menggemaskan ketiak bersama Gala.
"Ayo dong, Bi, please maafin aku. Aku janji gak ada isengin kamu lagi. Janji juga gak akan ledekin kamu apalagi sampai buat kamu nangis karena perkataanku. Jadi gimana? Bisa 'kan kita baikan mulai detik ini?" mohon Gala yang membuat Alissa semakin geleng-geleng kepala mendengarnya.
Namun, Bintang yang dapat mendengar ucapan Gala tanpa bisa melihat ekspresinya saat ini, ia merasa yakin untuk memaafkan Gala yang tulus meminta maaf darinya.
"Oke deh, aku maafin kamu dan mulai saat ini kita bisa berteman. Tapi ada syaratnya!" ucap Bintang yang ternyata bersyarat.
"Kok pakai syarat-syaratan segala sih, Bi? Memangnya apa syaratnya?" tanya Gala seraya menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan diselimuti rasa penasaran.
"Pertama kamu harus rajin sekolah biar bisa jadi orang pinter, kedua kamu harus belajar yang rajin biar bisa jadi anak yang berguna, sukses dan membanggakan kedua orang tua, dan yang ketiga berhenti memanggilku dengan panggilan "Bi" yang artinya bibi, aku mau kamu panggil aku Bintang tanpa singkatan!" pinta Bintang demi kebaikan anak lelaki itu yang ia dengar malas pergi ke sekolah akhir-akhir ini dan tak mau belajar.
"Yaelah, banyak amat sih syaratnya. Tapi oke deh, aku setuju banget. Makasih ya, Bintang, kamu udah mau berteman sama aku. Nanti sore aku kasih kamu coklat ya. Sekarang aku pulang dulu mau ngerjain tugas sekolah dari rumah. Dah, Bintang!" Gala pun berpamitan pada Bintang yang melepas kepergiannya dengan senyuman mengembang sempurna, seraya melambaikan tangannya untuk dadah pada Gala yang begitu cepat menghilang dari pandangannya.
"Ya ampun, suara Gala manis banget sih kalau lagi ngomong baik-baik gitu sama aku. Duh, jadi penasaran deh pengen lihat wajahnya kalau lagi seperti tadi. Ya Allah, kapan kira-kira Bintang bisa melihat lagi?" batin gadis cantik itu seraya menatap langit biru yang membentang luas tanpa batasan, terasa indah walau Bintang tak dapat menangkap cahaya sedikitpun.
Bersambung...