Selamat membaca!
Kembalinya Rafka ke perusahaan dan datang bersama Revan seperti biasanya, membuat seorang wanita cantik yang berprofesi sebagai sekretaris pribadinya menyambut kedatangan Rafka di pelataran lobi.
Wanita itu adalah Nadia Almira, wanita yang merupakan sahabat baik Aura sekaligus Rafka ketika mereka menempuh pendidikan di universitas bersama-sama.
"Selamat pagi, Raf. Akhirnya kamu kembali. Aku senang kamu sudah mau balik ke perusahaan ini lagi," sapa Nadia dengan menyunggingkan seulas senyuman terbaik yang dimilikinya untuk ditunjukkan pada pria tampan yang saat ini berdiri di hadapannya.
"Thank's, Nadia. Ini memang sudah waktunya aku kembali lagi bekerja karena sekarang sudah ada yang menjaga Bintang di rumah, jadi aku tenang," jawab pria itu setelah tersenyum singkat pada sahabatnya.
"Menjaga Bintang? Maksudnya kamu bayar baby sitter untuk menjaga keponakanku?" tanya Nadia begitu penasaran, hingga kedua belah alisnya saling bertaut dan hampir menyatu.
"Bukan, tapi lebih tepatnya ibu pengganti untuk Bintang. Wanita itu aku bayar untuk menyamar menjadi Aura. Aku melakukan ini semua demi kesehatan Bintang semata selama menjalani cobaan hidup ini." Dengan begitu santainya Rafka menjawab seperti itu.
Namun, jawaban Rafka tidak mudah diterima begitu saja oleh Nadia. Wanita itu benar-benar tidak menyangka jika sahabatnya tersebut akan melakukan ide gila seperti itu, membayar seorang wanita untuk menjadi ibu pengganti.
"Raf, jangan gila deh. Please, jangan bercanda gini dong, Raf. Aku nggak percaya kamu melakukan itu semua. Buat apa coba untungnya?" tanya Nadia yang masih betah berada di posisinya saat ini, seakan melupakan jadwal-jadwal pekerjaannya yang padat.
Rafka menggeleng tipis lalu mendaratkan sebelah tangannya di pundak wanita yang bekerja sebagai sekretaris pribadinya di perusahaan tersebut. "Buat aku bercanda soal beginian, Nadia? Lagipula selera humorku itu sudah hilang dan tidak akan pernah bisa kembali lagi. Pokoknya kamu tenang aja, Nad, aku dengan wanita bernama Alissa itu tidak akan pernah menjalin hubungan spesial. Aku dan dia hanya menjalani semua ini di atas kertas sampai Bintang bisa kembali melihat."
Penjelasan Rafka membuat d**a Nadia terasa semakin sesak, ia menggeleng tidak percaya dengan kedua mata yang masih membulat sempurna.
"Raf, sumpah ini nggak lucu. Kamu tuh apaan sih jadiin ini sebagai bahan sandiwara di saat kamu baru aja kehilangan sahabat aku, Aura! Kamu benar-benar gila, Raf, apalagi kalau kamu sampai nikah sama wanita itu dengan alasan sandiwara dan ini demi Bintang." Nadia segera mengajukan protesnya dengan lantang, ia tak setuju akan keputusan Rafka yang baru diketahuinya saat ini, padahal Nadia sering berulangkali menjenguk Bintang di rumah sakit, tetapi Rafka tak pernah membicarakan masalah ini sebelumnya.
"Makanya aku minta kamu tenang, Nad, karena kalaupun setelah menikah dengan Alissa nantinya aku akan tetap mencintai Aura, wanita satu-satunya yang tidak akan pernah bisa digantikan oleh apa pun yang ada di dunia ini. Kamu bisa pegang perkataanku bahwa selamanya aku akan tetap setia pada Aura sekalipun dia sudah tiada dan ada wanita lain yang berada di dekatku." Rafka mencengkram erat punggung Nadia untuk meyakinkan wanita itu, singkat dan langsung melepaskannya kembali.
Revan yang sudah terlihat gelisah bolak-balik melihat jarum jam yang melingkar di pergelangan tangannya, akhirnya ia menengahi percakapan antara Rafka dan Nadia yang terjadi pada saat itu.
"Maaf Tuan, jika saya harus mengganggu waktu bicara kalian. Tapi sekarang sudah ada klien yang menunggu kedatangan Anda di ruang meeting. Bukankah begitu, Nadia?!" ucap Revan memberitahu, lalu ia melirik Nadia begitu sinis karena secara langsung wanita itu bersalah akibat telah menghalangi perjalanan Rafka yang sudah ditunggu oleh kliennya dari Turki.
"Ya, aku hampir lupa memberitahu kamu. Di ruang meeting sudah ada Tuan Murat bersama timnya menunggu kamu di sana. Kamu telat satu jam lewat lima belas menit loh, Raf. Yuk, kita ke ruang meeting sekarang karena waktu mereka mepet hari ini!" ajak Nadia setelah tertawa tanpa rasa bersalah telah membuat orang lain menunggu lama karena perbuatannya.
Namun, walau begitu sampai detik ini perasaan Nadia masih dipenuhi beberapa pertanyaan yang membuatnya penasaran tentang sosok wanita yang dengan beraninya dikatakan sebagai sosok ibu pengganti dari Bintang yang selama ini dianggap bagaikan keponakan kandungnya sendiri, sebab gadis kecil itu putri dari kedua sahabat baiknya yang sangat dekat dengannya selama 8 tahun terakhir ini.
"Sekarang kamu lolos dari pertanyaan mautku, tapi kamu berhutang jawaban padaku tentang siapa bibit-bebet-bobot wanita yang kamu anggap pantas menjadi ibu pengganti untuk ponakanku, menggantikan posisi Aura sebagai ibu yang sempurna selama ini. Ayo cepat, kita jalan ke ruang meeting sekarang!" ajak Nadia kembali ketika pria yang diajaknya itu bergeming.
Rafka sempat merasakan pening karena tengah menyiapkan jawaban yang tepat untuk berbagai pertanyaan dari Nadia yang pastinya akan bertanya mengapa harus Alissa?
"Hari ini jadwal aku juga sibuk, Nadia. Jadi aku pastikan tidak memiliki waktu untuk menjawab pertanyaan kamu! Aku sarankan, list pertanyaan penting yang ingin kamu tanyakan, lalu kirimkan ke emailku nanti malam, kalau sempat aku balas, kalau nggak ya sorry!" ucap Rafka dan langsung melangkah pergi dari hadapan wanita itu, dengan diikuti oleh Revan yang berjalan di belakangnya.
"Ih, Rafka! Kamu nyebelin banget sih!" umpat Nadia yang merasa kesal atas perkataan Rafka yang seolah suka membuatnya terbunuh karena rasa penasaran.
Begitulah dua sahabat itu saat bertemu, sekalipun berperan sebagai atasan dan bawahan di suatu perusahaan, tetapi mereka seakan sulit untuk bersikap formal, terlebih jika menyangkut alasan tidak enak dengan karyawan lainnya melihat kedekatan mereka berdua.
Nadia bukanlah seorang wanita yang hidup kekurangan sampai rela menjadi sekretaris di perusahaan milik Rafka, sementara keluarganya sendiri memiliki perusahaan utama beserta cabangnya yang tersebar di beberapa negara maju, tetapi dengan mudahnya wanita itu menolak untuk memimpin salah satu dari perusahaan tersebut dan memilih melabuhkan kedua kakinya untuk bekerja di perusahaan sang sahabat.
***
Sedangkan di tempat lain, terlihat Alissa tengah berkutat di dapur dan meninggalkan Bintang bersama seorang pelayan bernama Naura untuk menemani gadis kecil itu yang masih betah bermain di taman, sementara ia sedang berusaha memasak apple pie sesuai dengan permintaan Bintang.
Beruntunglah Alissa pernah mempelajari resep membuat apple pie dari sang ibu, resep yang sangat enak yang kini tengah dieksekusinya.
"Semoga saja Bintang dan Mas Rafka suka sama apple pie buatanku ini," harap Alissa di kedalaman hatinya, berharap kue buatannya akan disukai oleh sang putri dan sang calon suami yang besok akan menghalalkannya di hadapan penghulu.
Setelah satu jam berkutat di dapur, akhirnya apple pie buatan Alissa pun sudah matang dan siap untuk dikeluarkan dari oven. Namun, belum sempat itu ia lakukan, tiba-tiba ia mendengar suara teriakan histeris Naura dari arah luar rumah. Teriakan yang tentunya membuat Alissa terkejut dan ketakutan setengah mati, karena pada saat itu Alissa tengah menitipkan Bintang kepada Naura.
"Ya Allah, Bintang…" Alissa bergegas keluar meninggalkan dapur, berlari sekencang-kencangnya keluar rumah untuk mengetahui apa yang terjadi.
Dan ketakutan Alissa sejak mendengar teriakan Naura pertama kali kini terbukti, ia melihat Bintang terjatuh hingga tak sadarkan diri dengan sebuah sepeda berwarna putih yang tergeletak tidak jauh dari posisi Bintang yang tak berdaya di atas aspal.
Bersambung...