Pusing mencari Liyana, akhirnya Rain memutuskan pergi ke kamarnya. Toh, para tamu sudah mulai pulang karena malam semakin larut. Memasuki kamarnya yang telah disulap menjadi kamar pengantin, Rain akhirnya menemukan sang istri—Liyana. Sosok yang dicarinya kalang kabut sejak tadi ternyata tengah duduk manis di depan meja rias. Tangannya sibuk melepas perhiasan di rambutnya. Dari pantulan kaca Rain dapat melihat dengan jelas bagaimana ekspresi wajah Liyana. Tampak murung dan riasan matanya rusak karena ekhm..sepertinya habis menangis. Melihat pemandangan itu Rain dihinggapi rasa bersalah. Di hari bahagia ini seharusnya Liyana tersenyum lepas, bukan malah menangis hebat. Begitulah akhir pencarian Rain yang sebenarnya sia-sia karena Liyana ternyata pergi ke kamar. Sebuah kamar yang pa