Saat Su Qiang masuk ke dalam kamarnya.
Dia langsung merasa sangat terkejut ketika melihat kamarnya yang sangat kumuh, jelek dan bau.
Membuat Su Qiang ingin muntah saat itu juga.
"Ini! Uweekkk ... Apa benar ini kamarku?" Tanya Su Qiang sambil memegang hidungnya.
Hua pun menganggukkan kepalanya.
"Benar! Ini kamar nona dan apakah nona sudah lupa, kalau kamar ini adalah kamar nona?" Tanya Hua yang kemudian berjalan melewati Su Qiang yang masih berdiri di depan pintu sambil menutup hidungnya.
"Aku ... Aku lupa semuanya dan bukankah kamu sudah tahu, kalau aku ini hilang ingatan. Jadi tolong beritahu semua yang sudah aku lupakan sebelumnya," jawab Su Qiang sambil memalingkan wajahnya, karena dia tidak tega untuk membohongi Hua yang sangat baik itu.
"Maafkan aku Hua! Aku tidak bermaksud untuk membohongi kamu," gumam Su Qiang di dalam hatinya.
Sementara itu.
Hua pun menganggukkan kepalanya dan dia mengerti, jika majikannya itu memang sedang hilang ingatan, jadi wajar jika dia sudah melupakan semuanya.
"Iya, Nona! Hamba akan memberitahu nona tentang semua yang sudah nona alami sebelumnya dan menurut hamba, anda jauh lebih baik seperti ini daripada nona sebelumnya," jawab Hua sambil merapihkan tempat tidur Su Qiang yang sangat berantakan serta mengambil semua sampah yang berserakan di lantai, karena sebelum Su Qiang pergi ke sungai. Dia sempat menangis dan marah besar dengan cara menghancurkan barang-barang yang ada di dalam kamar itu.
Mendengar ucapan Hua.
Su Qiang langsung tersenyum dan rasa bersalah di dalam hatinya sedikit berkurang.
"Benarkah itu? Kenapa bisa kamu mengatakan hal seperti itu? Apakah aku yang dulu sangatlah buruk?" Tanya Su Qiang sambil berjalan mendekati Hua.
Hua pun menganggukkan kepalanya.
"Benar! Nona anda ... Dulu sangat buruk dan karena Nona terlalu mencintai pangeran kedua, nona bukan hanya bodoh tapi nona juga seperti orang gila. Huh! Nona anda dulu sangatlah lugu dan anda sering sekali difitnah oleh nyonya dan nona kedua. Sehingga tuan besar sangat membenci nona yang sering membuat masalah dan malu kediaman perdana menteri. Bahkan sejak itu, nona tidak dekat dengan tuan besar karena Nona sangat membenci tuan yang tidak pernah membela nona dan sering memberikan nona hukuman. Bahkan kediaman ini. Tuan besar saja tidak tahu tempat tinggal nona seburuk ini dan beliau hanya percaya dengan ucapan serta semua yang dilaporkan oleh nyonya besar. Jadi bisa dikatakan jika hidup nona sebelumnya tidak memiliki kebahagiaan sedikitpun dan nona hanya bisa hidup sendirian dalam kesedihan, penderitaan dan sakit hati karena tidak bisa membalas kekejaman mereka. Juga ... Bahkan pria yang nona sangat cintai saja tidak menyukai nona karena dia pikir jika ... Nona hanya pembuat masalah dan tidak layak menjadi istri sahnya. Walaupun anda dan pangeran kedua sudah bertunangan sejak kecil. Banyak cara agar dia bisa memutuskan pertunangan ini tapi anda tetap tidak mau melepaskan pangeran kedua. Sehingga ... Pada akhirnya ... Inilah yang terjadi. Beliau membunuh Anda di sungai bersama nona kedua agar setelah anda meninggal, mereka bisa bersama," ucap Hua yang tanpa terasa dia menitikkan air matanya dan membuat Su Qiang merasa sedih saat mendengarnya.
"Sebodoh itu dia? Kenapa hanya karena pria dia ...." Su Qiang memegang erat dadanya dan merasa sakit di dalamnya.
"Hua! Boleh kah aku tahu, seberapa tampan dan sebaik apa dia, sampai dulu dia ... Ah maksud aku yang dulu sampai tergila-gila kepadanya?" Tanya Su Qiang yang malah penasaran dengan sosok pangeran kedua yang membuat pemilik asli tubuhnya rela menjadi korban atas kekejaman darinya.
Hua pun segera berjalan ke arah meja dan mengambil sebuah lukisan di dalam laci kecil yang sudah usang itu dan Su Qiang terus menatapnya.
"Itu apa Hua?" Tanya Su Qiang dengan tatapan penuh penasaran.
Hua pun memberikan selembar lukisan kepada Su Qiang.
"Ini potret dari pangeran kedua yang tidak lain adalah ... Calon suami anda nona dan juga dialah cinta pertama anda, nona!" Ucap Hua sambil memberikan itu kepada Su Qiang.
Su Qiang pun membuka lembaran berisi lukisan pangeran kedua sang pujaan hati, dari pemilik asli tubuhnya itu dan saat membukanya.
Su Qiang pun melihat sosok pria dengan memakai pakaian elegan dengan kipas di tangannya.
Namun, Su Qiang yang sudah melihat banyak pria tampan di dunia nya sebelumnya dan memiliki suami sangat tampan seperti Lu Yunzhen, merasa tidak terkejut atau kagum dengan wajah di pangeran kedua itu dan membuat Su Qiang tertawa keras saat melihatnya.
"Ini pria yang membuat pemilik asli tubuh ini tergila-gila dan apakah ini yang disebut pria tampan di kerajaan ini? Ckckckckck ... Dia kurang tampan dan jika dibandingkan dengan Yunzhen, pria ini tidak ada apa-apa nya!" Ucap Su Qiang sambil tertawa mengejek melihat potret itu.
"Ambillah Hua! Buang dan bakar saja kalau perlu. Pria jelek seperti ini, aku sudah tidak membutuhkannya!" Ucap Su Qiang dengan tegasnya.
Membuat Hua langsung terkejut saat mendengarnya.
"Nona! Apakah anda yakin ingin membakar lukisan pangeran kedua ini? Anda ... Anda tadi mengatakan jika beliau jelek? Ini ... Apakah ini hamba tidak salah mendengar?" Tanya Hua dengan tatapan tidak percaya.
Su Qiang menganggukkan kepalanya.
"Tentu saja! Aku sangat yakin dan pria semacam itu, masih banyak di dunia ini dan aku bisa mendapatkan pria lebih baik darinya. Jadi kamu tidak perlu merasa khawatir dan biarkan saja dia dengan adik kedua. Karena aku tidak mau memungut sampah yang sudah menyia-nyiakan aku," ucap Su Qiang dengan senyuman penuh gembira.
Membuat Hua langsung ikut tertawa, karena inilah yang dia ingin lihat dari nonanya selama ini.
"Hahahaha ... Nona anda benar sekali! Pria seperti ini tidaklah cocok dengan anda dan lebih cocok dengan nona kedua. Baiklah! Hamba akan membakar semua lukisan pangeran kedua ini sampai habis," ucap Hua yang langsung mengambil beberapa lukisan lainnya dan ternyata bukan ada satu saja, melainkan ada sepuluh lembar dan itu membuat Su Qiang menepuk dahinya.
"Wanita ini! Benar-benar sangat menyukainya. Sampai memiliki potretnya sebanyak itu! Dia benar-benar sudah gila!" Keluh Su Qiang pada si pemilik tubuh aslinya.
Sedangkan Hua. Dia yang sudah mengeluarkan semua lukisan itu pun segera membawanya keluar.
"Nona! Hamba akan membakarnya nanti. Nona sungguh tidak menyesal kan?" Tanya Hua yang sekali lagi, ingin meyakinkan Su Qiang.
"Bakar saja! Aku tidak akan menyesal sama sekali!" Jawab Su Qiang.
Membuat Hua semakin gembira.
"Baiklah nona! Hamba akan menaruhnya di luar pintu dulu, nanti hamba akan membakarnya," jawab Hua yang kemudian menaruh semua lukisan itu di luar pintu kamar Si Qiang dan setelah itu
Hua pun kembali masuk dan kembali merapihkan kamar Su Qiang.
"Nona, hamba merasa sangat bahagia melihat nona bisa seperti ini. Hehehehe ...." Ucap Hua yang terus tersenyum senang.
Su Qiang pun ikut tersenyum saat mendengarnya.
"Oh ya! Jadi kamu suka dengan aku yang seperti ini?" Tanya Su Qiang.
"Ya, nona! Aku suka nona seperti ini dan aku berharap jika nona bisa mengambil hati tuan besar lagi dan membalas dendam kepada mereka semua yang dahulu sudah menindas nona," ucap Hua yang begitu semangat, karena dia yakin jika Su Qiang memang sudah berubah.
"Tentu saja. Aku akan mengembalikan semuanya kepada mereka yang sudah membuat aku menderita. Tadi ... Adalah langkah pertama untuk mendapat simpati dari ayah dan lihat tadi. Nyonya besar itu tidak bisa berkata apa-apa kan?" Ucap Su Qiang sambil tertawa keras.
" Benar nona! Hamba juga merasa sangat senang saat melihat wajah nyonya besar yang tidak bisa berkata apa-apa. Hahahaha ... Itu lucu sekali nona," jawab Hua yang tertawa keras saat mengingat kejadian di dalam kuil.
"Hahahahaha ... Nanti aku akan memberikan kejutan lebih bagus lagi dari itu. Kamu tunggu saja Hua! Kamu pasti lebih senang lagi," ucap Su Qiang yang tertawa keras bersama Hua dan keduanya pun dalam suasana hati yang sangat baik dan tempat itu pun terasa lebih cerah tidak seperti sebelumnya.
Namun, saat keduanya tertawa bersama.
Tiba-tiba saja.
Terdengar suara orang yang sedang berjalan masuk ke dalam kamar itu dan membuat Su Qiang dan Hua menghentikan tawanya saat itu juga.