"Diam, Hua! Sepertinya ada orang yang sedang berjalan ke arah sini!" Ucap Su Qiang ketika telinganya mendengar suara derap langkah kaki yang semakin jelas dan suara itu terdengar bukan hanya satu orang saja. Tapi ada beberapa orang.
Mendengar itu, Hua pun segera menutup mulutnya sambil menganggukkan kepalanya.
"Baik nona! Tapi ... Siapa kira-kira yang datang ke kediaman ini? Bukankah sejak dahulu, tidak ada yang mau datang mengunjungi kediaman kita yang ... Lusuh ini?" Ucap Hua dengan suara pelan dan dia menatap wajah Su Qiang, karena dia takut jika Su Qiang akan sedih.
"Nona, maafkan hamba! Hamba tadi tidak bermaksud untuk berkata seperti itu," ucap Hua dengan tatapan menyesal.
Sedangkan Su Qiang, dia menatap Hua dan segera menyentuh kepalanya, lalu mengusapnya sambil tersenyum ke arahnya.
"Tidak perlu meminta maaf! Kamu tidak salah sama sekali dan ... Memang kediaman ini sangat lusuh dan jelek. Bahkan untuk menjadi tempat tinggal pelayan pun sangatlah tidak layak, apalagi aku yang sebenarnya adalah seorang nona pertama dari putri pertama serta putri Sah dari seorang perdana menteri ini harus tinggal di tempat semacam ini! Haistt ... Sangat menjijikkan sekali!" Ucap Su Qiang sambil mendengus jijik saat dirinya menatap ke sekeliling kamarnya yang sangat buruk itu.
Mendengar itu, Hua menghela napas lega sambil mengelus dadanya.
"Syukurlah! Nona benar-benar sudah berubah. Nona tidak seperti yang dulu hanya bisa menangis dan meratapi nasib saja dan anda juga, adalah orang yang sangat mudah sekali tersinggung serta juga sangat sensitif. Jadi hamba sering merasa takut untuk mengatakan secara sembarangan, karena hamba takut jika nona akan bersedih. Tapi sekarang ... Hamba sungguh sangat bahagia, melihat perubahan yang ada di dalam diri nona dan sepertinya ... Nona lebih baik jika seperti ini terus saja dan jangan kembali lagi seperti dahulu," ucap Hua dengan tatapan senang dan bibirnya tersenyum cerah, melihat Su Qiang yang begitu hebat di matanya, bukan lagi Su Qiang yang lemah dan mudah tersinggung seperti sebelumnya.
"Baguslah! Kalau kamu menyukai aku yang seperti ini dan ke depannya ... Aku berjanji, kita tidak akan menderita lagi seperti dahulu dan saatnya kita membahagiakan diri kita sendiri. Karena aku sungguh sangat bosan hidup menderita dibawah tekanan nenek sihir yang tidak tahu malu itu dan juga ... Adik kedua yang sudah merebut semua yang seharusnya menjadi milikku. Jadi ... Ini saatnya aku harus merebut semua hak yang seharusnya menjadi milikku!" Ucap Su Qiang dengan penuh api semangat.
Membuat Hua semakin bahagia dan dia juga merasa ikut terbakar oleh api semangat yang dikibarkan oleh Su Qiang.
"Hamba setuju nona! Hamba sangat setuju!" Ucap Hua.
Membuat keduanya tertawa bersama dan keduanya semakin kompak saja.
"Hahahaha ... Bagus! Hua memang paling hebat dan paling mengerti aku! Jadi ... Untuk rencana pertama ... Hua cepat bawa semua ini keluar dan bakar di halaman depan agar mereka yang datang ke tempat ini, melihat semuanya," ucap Su Qiang sambil tersenyum misterius.
Membuat Hua langsung terkejut.
"Nona! Anda yakin jika anda ingin membakar semua lukisan wajah Yang Mulia pangeran kedua? Bukankah Anda sangat mencintai beliau dan anda ... Apakah anda yakin tidak akan merasa menyesal karena sudah ...." Belum selesai Hua bicara, Su Qiang mendorong Hua agar secepatnya pergi keluar dengan semua gulungan yang ada di tangannya.
"Sudahlah! Jangan banyak bicara lagi! Cepat lakukan agar mereka bisa melihatnya! Dan sekali lagi aku tegaskan! Pangeran kedua itu tidak terlalu tampan dan bagiku, tidak merasa rugi harus kehilangan orang yang jahat serta kurang tampan seperti dia! Karena ... Setelah kita sukses nanti, aku bisa mencari pria yang lebih tampan dari dia," ucap Su Qiang sambil tertawa sendiri.
"Nona! Anda benar-benar sungguh sudah melupakan pangeran kedua bahkan memiliki pikiran yang sangat luar biasa! Hahaha ... Nona ... Anda sangat luar biasa!" Ucap Hua yang semakin mengagumi su Qiang.
"Hahahaha ... Sudah! Sudahlah! Cepat bawa ini semua dan pastikan kamu bakar semua lukisan ini di halaman depan dan pastikan, semua orang itu melihatnya. Ingat! Semuanya harus melihatnya! Karena aku ... aku ingin melihat ekspresi wajah dari orang yang dulu menghinaku dan juga ... Agar mereka tahu, jika nona pertama kamu ini adalah orang yang tidak bisa mereka remehkan lagi! Juga ... agar mereka tahu, jika aku ... Su Qiang tidak menyukai lagi pria sampah dan jelek seperti pria yang bernama pangeran kedua itu. Hahahaha ... Lihat saja! Aku akan mendapatkan pria tampan yang jauh lebih tampan dari dia dan setidaknya dia setampan Lu Yunzhen!" ucap Su Qiang dengan tangan di pinggang dan tatapannya sangatlah tegas.
Membuat Hua semakin bersemangat dari sebelumnya.
"Baik nona! Hamba sangat ... Sangat mendukung apa yang nona katakan! Pangeran kedua memang tidak terlalu tampan dan di luar sana, nona pasti bisa mendapatkan pria lebih tampan, lebih baik dan segalanya dari dia! Hahahaha ... Hamba sangat mendukung anda nona dan ... Siapa Lu Yunzhen? Sepertinya hamba belum pernah mendengar nama ini?" Tanya Hua dengan perasaan bingung dan dia berusaha mengingat semua masa lalunya dan semua hari yang dia lewati bersama Su Qiang. Tapi Hua tidak pernah mendengar, atau mengetahui tentang pria bernama Lu Yunzhen.
Mendengar itu.
Su Qiang langsung terbatuk dan segera mengalihkan perhatian Hua, agar tidak bertanya lebih banyak lagi kepadanya.
"Itu! Itu ... Hahahaha ... Itu tidaklah penting! Yang jelas Lu Yunzhen itu sangat tampan dan dia adalah ... Pria ... Pria yang ada di dalam mimpiku saat aku sedang tidak sadarkan diri. Jadi ... Jangan lagi dibahas ya! Lebih baik kamu pergi sekarang juga! Ayo cepat lakukan apa yang tadi aku perintahkan sebelum ...." Su Qiang segera mendorong Hua untuk segera keluar dari dalam kamarnya beserta semua gulungan berisi lukisan serta surat cintanya untuk pangeran kedua.
"Ta ... Tapi nona! Tapi nona! Hamba ingin mengetahui sosok yang bernama Lu Yunzhen itu! Apakah dia benar-benar sangat tampan dan setampan apa dia? Apakah dia ...." Belum selesai Hua bicara, si Qiang segera menutup rapat pintu kamarnya dan segera menguncinya.
"Cukup, Hua! Nanti saja aku ceritakan semuanya tentang Lu Yunzhen! Lebih baik kamu selesaikan dulu tugas itu, sebelum mereka datang!" Ucap Su Qiang sambil mengusap dadanya.
Hua pun tidak lagi memaksa seperti sebelumnya, saat mendengar ucapan Su Qiang.
"Baiklah nona! Hamba akan menyelesaikan tugas yang nona berikan. Tapi, nanti nona harus menceritakan sosok Lu Yunzhen itu kepadaku ya nona!" Teriak Hua sambil tertawa gembira.
Membuat Su Qiang langsung menepuk dahinya.
"Mati aku! Dia benar-benar ingin mengetahui sosok Lu Yunzhen yang sebenarnya ingin sekali aku lupakan dan ... dia ... dia tidak mungkin akan ada di dunia ini. Di dunia yang memisahkan aku dan dia!" ucap Su Qiang yang segera memejamkan matanya dan punggungnya menyandar di pintu yang sudah dia kunci itu.
"Yunzhen! Walaupun kamu yang membunuh aku hingga aku terjebak di dunia aneh ini. Tapi ... Aku masih tidak percaya jika itu adalah kamu! Aku tidak ... aku tidak percaya jika itu adalah kamu! Karena kamu yang aku kenal selama ini, tidak seperti yang aku lihat saat malam itu! Malam di mana kamu membunuh aku, Yunzhen!" Gumam Su Qiang yang perlahan menitikkan air matanya, karena hatinya sangat sesak ketika mengingat tentang kejadian buruk yang menimpa dirinya.
"Tuhan! Semoga semua ini adalah sebuah mimpi da Yunzhen yang sangat aku cintai ... Bukanlah dia yang membunuh aku! Semoga saja ...." Ucap Su Qiang yang langsung tenggelam dengan rasa sakit teramat dalam, ketika mengingat tentang kejahatan pria yang sangat dia cintai itu.
Sehingga, Su Qiang pun larut dalam rasa sakit, sedih dan kecewa bercampur di dalam hatinya saat ini.
"Hiks ... Hiks ... Hiks ... Yunzhen! Aku sungguh tidak menyangka dan aku berharap jika aku tidak pernah bertemu kamu lagi di dunia ini ataupun jika ada kehidupan lainnya setelah kematian, aku juga tidak mau bertemu dengan kamu sama seperti rasa benci pemilik tubuh ini kepada pangeran sampah itu!" Ucap Su Qiang sambil meremas erat dadanya yang sungguh terasa sesak dan dia merasa saat ini, dia benar-benar sedang sendiri dan Hua yang berada di luar. Tidak tahu atas semua rasa sedih yang dia alami.
Namun.
Semua perkiraan itu ternyata salah.
Karena tanpa sepengetahuan Su Qiang.
Ada seseorang di atas atap kamarnya sedang bersembunyi dan dia mengerang kesakitan karena ada luka ditubuhnya.
Hingga, dia pun tidak bisa bertahan lagi, karena luka itu terus mengeluarkan darah dan dia pun kehabisan tenaga. Sehingga, tanpa dia sadari, dia pun jatuh tepat di depan Su Qiang saat itu juga.