Perjalanan ke rumah sakit terasa seperti otomatis. Tangan Elang memutar setir, kaki menekan pedal, tapi pikirannya masih sibuk dengan sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan jalan raya. Di lampu merah, ia sempat menoleh ke kanan, melihat seorang wanita berjalan sambil menggandeng anak kecil. Ada sekilas perasaan asing—rindu yang entah ditujukan pada siapa. Begitu lampu hijau menyala, ia melajukan mobil lagi. Sesampainya di area parkir rumah sakit, ia berhenti, tapi tidak langsung turun. Ia menggenggam setir erat-erat, seperti menyalurkan kegelisahan ke benda mati itu. Baru setelah menghela napas panjang, ia meraih jas putih yang tersampir di kursi belakang, mengenakannya, dan keluar dari mobil. Begitu melangkah masuk ke lobby rumah sakit, suasana langsung berbeda. Hiruk pikuk khas rum