Menginap.

1100 Kata

Suara jangkrik bercampur desir angin menyusup ke sela-sela dedaunan pisang di pojok halaman. Teras belakang rumah itu diterangi lampu bohlam kuning redup, cukup memberi cahaya lembut tanpa mengusir sepenuhnya gelap malam. Aroma tanah basah sisa hujan sore tadi masih tercium samar, bercampur dengan wangi teh hangat yang mengepul dari cangkir di tangan Jayne. “Masih belum tidur?” suara Elang memecah hening, tenang namun dalam. Ia meletakkan gelasnya di meja kecil di antara mereka, duduk dengan gerakan yang tidak tergesa. Jayne menggeleng pelan, matanya tetap tertuju pada langit gelap. “Belum ngantuk. Lagian … jarang-jarang bisa lihat anak-anak kerja bareng, tertawa, semangat kayak tadi. Rasanya hangat aja.” Elang memiringkan kepala, memperhatikan wajah Jayne yang setengah tertutup bayanga

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN