“Kay, kamu anaknya telaten banget, ya,” kata Jayne sambil memperhatikan hasil pewarnaannya yang rapi dan presisi. Kayla mengangkat bahu. “Dulu suka bantu Mama bikin kado ulang tahun sendiri. Jadi terbiasa.” Jayne menatap Kayla dengan lembut. “Pasti Mama kamu bangga banget, deh.” Ucapan itu membuat suasana sedikit melunak. Kayla menunduk, menyembunyikan ekspresi yang sulit dibaca. Ia tak menjawab, hanya kembali sibuk merapikan bagian tiang. Jayne memilih diam, menyadari ada batas yang tak perlu ia lewati. Kehangatan tak selalu datang dari banyak kata—kadang cukup dengan tetap berada di dekatnya. Elang memperhatikan interaksi itu. Sekilas matanya menatap Jayne lebih lama dari yang seharusnya, seperti hendak menyampaikan terima kasih tanpa kata. Jayne merasakan tatapan itu, dan untuk sep