7. Jackson Han

1107 Kata
“Ingat An, sosok perempuan yang menjadi idaman adalah mereka yang pendiam, lemah lembut, sabar, terampil, rapi, pandai mengerjakan pekerjaan rumah tangga, patuh serta hormat pada orang tua nya dan kelak patuh, hormat, dan setia kepada suami nya.” *** Hari Sabtu yang dinantikan Anya sejak pertama menginjakkan kaki di rumah keluarga Han tiba. Jackson akan datang sore ini untuk makan malam, dan mungkin menginap sampai hari Minggu.  Masih agak terganggu oleh pemeriksaan dari Dokter Fanny, Anya ingin sekali bisa menghubungi ibunya untuk  menceritakan apa saja yang dialaminya selama tinggal di rumah Han. Sadar hal itu tidak mungkin bisa dilakukannya, ia akhirnya memutuskan untuk mengalihkan pikirannya ke masakan yang akan di buatnya. Sesuai perintah Annie, hari itu juru masak Ren diperbolehkan untuk pulang lebih pagi sementara Anya mengambil alih tugasnya memasak makan malam untuk keluarga di dapur. Sebelum sang juru masak pergi, Anya menemui pria bertubuh gemuk dan berpipi merah jika kepanasan itu. “Apakah kau mempunyai saran untuk ku Juru Masak Ren?” tanya Anya. Ren meraih sebuah buku tulis dari dalam lemari dan menyerahkannya ke arah Anya, “Baca saja catatanku, Nona. Semua sudah ada di dalamnya termasuk pantangan dan resep favorit Keluarga Han. Semoga berhasil, dan yang penting, jangan bakar dapurku. Kalau kau perlu bantuan, minta saja pada kedua stafku.” Anya menerima buku lusuh bernoda bumbu-bumbu itu dari jemari gemuk Juru Masak Ren dan membolak baliknya; sementara pria itu melepaskan apronnya dan melangkah keluar dapur dengan bersenandung riang. Berpikir bahwa mungkin malam ini dirinya akhirnya bisa membawa istri dan anak-anaknya untuk keluar menikmati malam minggu. Anya mengerutkan keningnya berusaha membaca tulisan tangan Juru Masak Ren yang mirip cakar ayam. Nyonya Annie Han: Kolesterol, darah tinggi, semua doyan terutama makanan asin. Nyonya Ella Han: Makanan sehat, alergi kacang dan siput. Tuan Jackson Han: - Nona Nina Han: Tidak suka bawang putih terlalu banyak. Tuan Andrew Yang: Rasa kuat, daging, sayur, tidak suka parsley. Anya menggaruk kepalanya yang sebetulnya tidak gatal, berpikir apa yang bisa di masaknya dengan banyaknya aturan ini. Dan mengapa Jackson Han tidak mempunyai catatan apa apa? “Uhm… Ben,” panggil Anya kepada salah satu staf dapur yang ada di dekatnya. “Mengapa Tuan Jackson Han tidak tertuliskan apa-apa disebelah namanya?” “Oh… Itu karena Tuan Han tidak terlalu rewel dalam urusan makanan, Nona. Beliau akan makan apapun yang dihidangkan di hadapannya. Mulai makanan barat hingga makanan timur. Manis atau asin, semua doyan.” “Oh…” balas Anya mengangguk. Sedikit lega karena calon suaminya tidak terlalu pilih-pilih makanan. Halaman-halaman berikutnya berisi resep-resep makanan yang belum pernah di buatnya. Anya akhirnya menemukan sebuah resep yang tidak terlalu sulit dan sudah sering di buatnya. Nasi Ayam Hainam. Selain itu Anya memutuskan untuk memasak 2 resep yang sering dibuatnya di rumah. Walau tidak tertulis di dalam buku resep Juru Masak Ren, tapi Anya yakin semua orang pasti doyan udang tahu rumput laut dan puding karamel sebagai pencuci mulut bukan? Dua jam lamanya, Anya berada di dapur yang panas bersama Ben dan Jerry, kedua staf dapur. Sekitar jam 6:30, Bibi Huang berjalan masuk ke dapur dan langsung melotot melihat Anya yang masih belum mandi dan berkeringat. “Aduh Nona Li!! Kenapa kau masih berantakan sekali? Tuan Jackson sudah datang! Kalian berdua selesaikan di dapur. Nona Li, tidak ada waktu untukmu mandi, paling tidak bergantilah baju! Ayo… naik, naik!” Wanita itu mulai menarik lengan Anya yang masih berdiri di depan wajan. “Eh… tapi aku belum selesai, Bibi. Masih harus memasukkan puding ke kulkas.” “Mereka bisa menyelesaikannya!” jeritnya sambil memelototi kedua pria muda yang membantu dari tadi. Seperti Annie, diam-diam Tina menyukai Anya. Gadis lembut ini menurutnya cocok sekali untuk bersanding dengan anak majikannya yang keras. Menurut Tina, kau bisa menilai kepribadian seseorang dari cara mereka memperlakukan bawahannya. Berbeda dengan empat wanita yang pernah di bawa Jackson, Anya sopan dan memperlakukannya dengan penuh hormat, layaknya orang yang lebih tua. Dimana ke empat wanita lainnya memandangnya sebelah mata, seakan dirinya adalah pembantu mereka yang bisa di perintah seenaknya. Tina menarik Anya masuk ke dalam kamarnya dan mulai membuka lemari pakaian gadis itu. “Ini sajakah yang kau bawa?” tanyanya dengan dahi berkerut. “Dan semuanya tidak ada yang bagus!” Anya berjalan mendekat dan menarik sebuah gaun dengan potongan sederhana yang ada di tumpukan paling atas. “Ini masih baru, Bibi. Aku sengaja membawanya untuk di pakai ketika pertama kali bertemu Jackson.” Wanita itu menatap gaun yang di rentangnya Anya ke hadapannya. Sederhana dan polos… sama seperti gadis ini, pikirnya sambil menggelengkan kepala. Sudah bekerja puluhan tahun pada Keluarga Han, Tina Huang sudah menjadi ibu ke dua bagi Jackson, dan wanita itu paham betul akan selera anak majikannya yang lebih sering tertarik pada wanita yang glamour daripada gadis macam Anya. “Ah… ya sudahlah. Yang penting tidak bernoda kecap dan keringat seperti yang sekarang kau pakai. Cepat ganti, lalu turun ke gedung utama. Semua sudah menunggumu,” perintah Tina sebelum berjalan keluar kamar meninggalkan Anya yang bergegas mengganti bajunya. Tidak ada waktu untuk mandi, Anya menaburkan sedikit bedak ke ketiaknya yang berkeringat. Bagaimanapun juga seorang wanita haruslah berbau harum, tidak peduli berapa lama kau sudah berkutat di dapur. Anya menyisir rambutnya yang menurutnya berbau bawang putih sambil menghela nafas. Tidak ada yang bisa kulakukan sekarang, semoga saja Jackson tidak duduk terlalu dekat denganku. Di liriknya lagi bayangan wajahnya di cermin. Tampak lelah dan mengkilap karena keringat, ia pun memutuskan untuk mencuci mukanya di kamar mandi.Anya sedang membilas busa sabun di wajahnya dengan air yang ditampung menggunakan telapak tangannya ketika sebuah jeritan terdengar dari luar. “Nona Li!”teriak Tina tepat di depan kamarnya. Anya terkesiap kaget dan tanpa sengaja menumpahkan air ke dadanya, membasahi bagian atas  gaun yang dikenakannya. Aaa….hhh sial! jeritnya dalam hati. Diraihnya handuk dari pinggir wastafel dan buru buru mengelap wajah dan gaunnya yang basah sekenanya sebelum berlari keluar. “Kenapa gaunmu kini basah kuyup...?!? Apakah itu keringat?!?” teriak Tina sambil menarik Anya turun dan berjalan menuju gedung utama. “Aku tadi sedang cuci muka, dan kau mengagetkanku. Jadi tanpa sengaja aku menumpahkan air kemana-mana,” bisik Anya sambil berjalan cepat mengikuti langkah kaki wanita yang kini mulai menyeretnya melewati kebun tengah menuju gedung utama. “Ehem… Nona Li sudah datang,” ucap Tina setengah mendorong tubuh Anya ke depan. Sejenak, Anya hanya mampu melotot menatap 5 pasang mata yang memandanginya dari meja makan. Jantungnya yang berdebar-debar sejak kedatangannya di rumah keluarga Han, kini mendadak tidak bersuara dan menyembunyikan dirinya di balik rongga dadanya. Menciut dan mengkerut. Terlebih ketika pandangan matanya bertemu dengan tatapan tajam dari pria yang akan menjadi suaminya. Jackson Han.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN