BSW Bab 144

1985 Kata

“Kami sudah memaafkanmu.” Kalimat itu membuat Raga mengangkat kepala. Pria itu menatap Ahmad Sholeh dengan sepasang mata berkaca. Lagi, d*danya berdesih bahagia. “Kamu dan … Nadia. Kami sudah memaafkan kalian. Bangunlah.” Ahmad Sholeh melangkah, lalu memeluk pria yang baru saja berdiri dengan sepasang mata basah. Raga menangis haru dalam pelukan Ahmad Sholeh. “Terima kasih, Pa. Terima kasih.” Raga memeluk erat papa Mara. Air mata membasahi wajah pria dewasa itu. Tidak ada rasa malu ketika dia menangis hingga terisak. Kali ini tangisnya berbeda. Dia menangis karena bahagia. Sangat bahagia. Gumpalan di dalam d*da yang tersimpan dan mengeras selama 3.5 tahun lebih itu akhirnya pecah berkeping. Rasanya begitu ringan. Mara memeluk sang mama. Keduanya masih menyaksikan dua orang pria beda ge

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN