Derryl mengangkat tubuh Aya dari pangkuan sang ibu. Pria itu kemudian melangkah ke belakang. Satu tangannya terulur. Mara terkekeh sebelum meraih uluran tangan tersebut kemudian turun dari mobil. “Rasanya aneh,” kata wanita itu. “Kamu harus membiasakan diri. Aku pria yang romantis.” “Ya Tuhan, yakin aman, Boss?” Mara mengedarkan mata. “Jangan sampai ada yang tiba-tiba datang melabrakku.” Derryl membesarkan sepasang matanya. Pria itu menggenggam tangan Mara lalu menarik pelan. Mengajak ibu Aya untuk melangkah bersama. “Apa kita akan makan?” tanya Aya sambil memperhatikan sekitar. “Iya, nanti kita akan makan. Tapi uncle mau ajak Aya ketemu seseorang dulu, oke?” Kepala dengan poni sebatas alis itu bergerak turun naik beberapa kali. “Aya mau makan banyak.” “Sure, Aya boleh makan sebany