“Apa kamu lebih memilih perusahaan itu, dibanding kita tetap bersama?” Pertanyaan yang diucapkan oleh Raga dengan sorot mata sendu itu membuat Mara mengedip. Napasnya untuk beberapa detik sempat tertahan. Sepasang suami istri itu saling bertatapan hingga menit terlewat. Tatapan mata Raga penuh pengharapan, sementara sorot mata sang istri penuh dengan kekecewaan. “Tetap bersama? bersama sebagai apa? Apalagi peranku yang masih kalian butuhkan?” “Beb … aku tidak ingin berpisah denganmu.” “Jawab saja. Apa peranku yang masih kalian butuhkan? Pemuas nafsumu, sudah. Penghasil keturunan … sudah. Sekarang apa lagi?” tanya Mara dengan nada rendah dan ekspresi tak terbaca. Raga mengerjap. Mulut pria itu menganga, namun tidak ada suara yang keluar. Bukan kalimat itu yang ingin dia dengar dari sa