“Papa Raga, Aya rindu papa.” Mara membaca satu kalimat tersebut. Menoleh ke bawah, wanita itu menatap sang putri dengan alis terangkat. “Aya pintar, kan, Ibuk? Itu Aya tulis sendiri,” kata Aya sembari menunjuk ke arah buku yang masih berada di tangan sang mama. “Uncle bos yang ajari Aya.” Anak itu memberitahu. Mara menggerakkan kepala turun naik. “Anak Ibuk memang pintar.” Mara tersenyum hingga membuat Aya tersipu malu. Mara tergelak melihat sang putri tersenyum dengan pipi memerah. “Ibu jadi semakin gemas sama Aya.” Mara mengalihkan fokus. Wanita itu mematikan kompor lalu memutar langkah ke samping. Mara menurunkan tubuh untuk menyamai tinggi sang putri. “Aya tulis ini buat papa?” Aya langsung mengangguk. “Aya mau papa tahu Aya juga kangen papa.” Sepasang bibir anak itu bergerak men