Mara menatap dari pantulan cermin, pria yang sedang mengeringkan rambutnya. Dia baru selesai membersihkan tubuh ketika Raga sudah memegang hair dryer lalu memintanya untuk duduk. Kemudian pria itu mulai bekerja. Mara tidak mengatakan apapun. Wanita itu hanya diam. Sudah terlalu banyak kekecewaan hingga hatinya terasa beku. Mungkin, dulu hatinya akan tersentuh mendapati perlakuan Raga, namun sekarang tidak lagi. “Nah, sekarang sudah kering.” Raga mematikan alat pengering rambut di tangannya. Pria itu membalas tatapan sang istri dari dalam cermin sambil tersenyum. “Sekarang tidurlah. Atau, mau aku buatkan coklat panas?” “Tidak, terima kasih. Aku mau tidur saja. Kalau mau pergi, pergilah,” ujar Mara yang kemudian beranjak lalu berjalan ke arah ranjang. Sekarang dia merasa lelah. Raga mena