Fajar masih menelaah wajah Raya, gadis itu sangat resah. Matanya terpejam dan terbuka bergantian. Wanita itu, terlalu ego dengan dirinya sendiri. Dia tidak mau berterus terang dengan jelas. Hanya tatapan matanya yang memohon kepada Fajar. " Raya." Fajar memanggilnya lembut. Dia mengenal dengan utuh istrinya itu. Dia tau apa yang sedang diinginkannya. Bukan air minum , bukan rasa haus tapi sebuah penyatuan yang layak mereka lakukan. Mereka baru mengenal ibadah suami istri itu baru sekali, layaknya penganten baru, sekali di ibaratkan baru membuka kulit ari. "Aku membencimu." Raya menangis tapi tidak menolak semua sentuhan Fajar pada dirinya. Dia menjambak rambut pendek laki-laki itu sampai acak-acakan. Fajar membungkam mulut judes itu, baru saja Raya ingin membalas, Fajar lebih dulu melepa

