Aku kembali menghubungi Sasi untuk memastikan apakah Mama masih ada di rumah atau sudah dibawa ke rumah sakit. Akan tetapi, panggilan dan pesan tidak ada yang direspons. Mungkin wanita itu sedang sibuk mengurus Mama. Aku pun memutuskan untuk pulang dulu saja. “Halo, Mbak Fatim. Titip konfeksi. Mama kolaps, saya mau ngurus mama dulu,” ucapku kepada Fatim melalui telepon. Sepeda motor kulajukan dengan kecepatan penuh. Sepanjang perjalanan, aku terus berdoa semoga Mama tetap baik-baik saja. Begitu tiba di rumah, ternyata Mama sudah tidak ada. “Mama dibawa ke rumah sakit mana, Mbak Sa?” “Dibawa ke rumah sakit kayak biasanya, Mbak. Mbak Niha langsung ke sana saja. Sakitnya Nyonya ini kayak mendadak gitu,” jawab Mbak Sa. Aku pun langsung menuju ke rumah sakit di mana Mama biasa ditangani.