Tepat ketika ucapanku berakhir, tenaga medis membawa Mama keluar dari ruang inap. “Urusanku sama kalian berdua belum selesai.” Mas Aqsal menunjukku dan Dinda bergantian, lalu mengekor mengikuti ke mana Mama dibawa. Dinda ikut serta mengejar pria itu. Kepalaku terasa pusing, tubuhku tidak bertenaga, mata berkunang-kunang. Kududukkan tubuh di kursi tunggu. Menghadapi mereka ternyata menguras banyak energi. Dinda, jangan pernah berpikir aku ini wanita lemah dan bo*oh! Aku mengoperasikan ponsel Mama yang baru beberapa hari ini tersambung dengan CCTV yang terpasang di beberapa sudut rumah. Ini juga bertujuan agar aku dengan mudah mengumpulkan bukti kekerasan Mas Aqsal jika sewaktu-waktu menggugat cerai. Aku mengirim rekaman ke Mas Aqsal di mana Dinda menyuapi Mama dengan kasar, lalu berbis