Dengan mengumpulkan kembali kekhusyukan yang berserak, aku memilih melanjutkan salat. Toh, Tuhanku lebih utama dari segalanya. Urusan duniawi, pikir nanti. Setelah salam, aku tidak langsung berdiri dan mengejar Dinda. Namun, aku bersujud. Kutumpahkan segala kegamanganku kepada-Nya. “Allah, tolong hamba. Tetaplah selalu menyertai langkah hamba.” Setelah zikir dan berdoa sebentar, aku pun melepas mukena. Hatiku sudah sedikit tenteram karena ingat masih memiliki rekaman itu di kartu memori yang terpasang di CCTV. Setelah salat, aku akan langsung pulang untuk mengamankannya. Semoga tidak keduluan Dinda. “Iblis bertemu iblis. Memang cocok kalian berdua,” gumamku. Dari musala, aku mencari Dinda untuk meminta ponselku kembali, tetapi wanita itu tidak ada. Aku lantas menemui Sasi di depan pol