“Bulshit!” Aku mendorong kuat dadanya. Bukannya kian menjauh, tubuh pria ini makin merapat. “Mau bukti?” “Nggak perlu karena semua bukti mengarah kalau kamu justru sebaliknya, sangat membenciku. Kamu sering KDRT, selingkuh! Apa itu yang dinamakan suka? Ya, mungkin kamu suka dalam arti suka menyakitiku!” Dada Mas Aqsal terlihat naik turun dalam tempo yang cepat. Dia mengepalkan tangan. Aku terpejam, siap-siap mendapatkan serangan. Namun, justru suara tembok di sampingku yang terdengar. Aku pun membuka mata. Tangan Mas Aqsal sudah mendarat di dinding samping kiriku. Pria itu menatapku tajam, kemudian berlalu dari hadapanku menuju kamarnya tanpa berkata-kata. Aku mengembuskan napas panjang. Kuraup wajah dengan kedua tangan, lantas menuruni anak tangga, dan masuk kamar Mama. Aku menyende

