58. Ikut Menunggu Jawaban

1389 Kata

“Ya sudah, aku temani," ujarku mengalah. "Ada obat yang harus kuminum sebelum tidur. Ada di laci kiri.” Mas Aqsal menunjuk laci yang dimaksud. Aku pun mencari obat pada laci yang dimaksud Mas Aqsal dan ketemu. Kuambil satu set obat itu. “Ini obat apa?” tanyaku sambil membolak-balik tiga jenis obat. “Obat kuat.” Aku tertawa. Ternyata suamiku ini garang di luar, lumayan garing juga di dalam. “Kenapa tertawa?” “Pria kekar dan berotot kayak kamu masih butuh obat kuat ternyata.” “Oh, secara tidak langsung berarti kamu sedang memujiku.” “Dih, pede amat.” “Kamu pikir itu obat kuat sungguhan? Itu obat hasil tangan adikmu di kepalaku! Paham!” Aku mengangguk-angguk dan menelisik obatnya. Benar, ada antibiotik dan obat lain entahlah apa. Padahal kupikir itu obat untuk sakit mentalnya. “Ba

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN