“Niha, kau!” Mas Aqsal menunjukku. “Untuk apa kamu menemui Dico?” Dia lantas berjalan cepat menghampiriku. Pandangan matanya menyorot tajam. Brak! Mas Aqsal menggebrak meja di mana aku dan Dokter Dico duduk hingga aku berjingkat. Suamiku itu ikut duduk di sampingku. “Ada urusan apa kamu temuin dia? Hah!” bentak Mas Aqsal tepat di depan wajahku. Bisa dibayangkan bagaimana malunya aku diperlakukan demikian di depan beberapa orang. “Sal, sabar, Sal.” Dokter Dico berdiri sambil berusaha menenangkan Mas Aqsal. “Sabar-sabar mata lo sobek! Lo juga, kenapa istri gue bisa nemuin lo di sini? Ada hubungan apa kalian!” Mas Aqsal ikut berdiri. Ia mencengkeram kerah kemeja Dokter Dico. Namun, Dokter Dico sama sekali tidak berusaha melawan atau melepaskan cengkeraman Mas Aqsal. “Aqsal, oke. Gue bi

