Tangisku kian pecah hingga bersuara. Aku tidak peduli siapa yang telah menggotongku sampai tubuhku kini mendarat di ranjang. Pun tidak peduli terlihat begitu memprihatinkan seperti ini. Aku sudah lelah berpura-pura tegar. Sesekali menunjukkan sisi lemah tidak ada salahnya bukan? Meski tubuhku sudah aman di atas ranjang pasien, orang yang mengangkatku belum melepaskan dekapan. Aku bisa merasa pucuk kepalaku semacam disentuh atau mungkin dicium sekilas. Entah. Aku masih terpejam. Kalau membuka mata, jika yang melakukan ini Arjuna, aku takut Mas Aqsal akan berang saat melihatnya. Namun, bila Mas Aqsal yang melakukannya, ketika mata kubuka, aku takut disuguhi wajah bengis dan dinginnya. Bukan tidak mungkin dia akan bertindak buruk. Pelan, kurasakan orang ini melepas pelukan, tetapi masih bi

